REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Secara umum, bangunan Ribat di Susa, Tunisia, dibuat dengan desain sederhana tanpa banyak ornamen dekoratif. Dibangun dari material batu yang kokoh, ribat memiliki halaman dalam. Bentuknya segi empat mengikuti bentuk denah dinding keliling. “Dapat dipastikan dahulu halaman dalam berfungsi pula untuk kepentingan ketentaraan, latihan, upacara militer, dan lain-lain,” kata Yulianto.
Pada keempat sudut bangunan ini terdapat semacam menara pengawas yang berfungsi pula sebagai minaret. Tumpuan bawahnya berbentuk silindris sementara bagian atasnya berbentuk segi delapan beratap kubah.
Bentuk menara ini banyak dipengaruhi oleh gaya menara Dinasti Abasiyah yang banyak dibangun pada akhir abad kedelapan. Menara ini berketinggian rata-rata lima meter. Di menara ini terdapat balkon yang “melayang” sekitar 31 meter di atas permukaan tanah.
Selain sebagai menara pengawas, menara ini juga berfungsi sebagai corong untuk menyiarkan azan atau memanggil warga untuk melakukan aktivitas ibadah. Di pucuk menara ini terdapat simbol bulan sabit dan bintang yang biasa diasumsikan sebagai tanda masjid.
Pengaruh arsitektur Romawi, menurut Yulianto Sumalyo dalam buku Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, sangat terasa pada bangunan ini. Selain terlihat pada pelengkung di setiap ambang atas bukaan dan portico (bagian bangunan yang terdiri dari kolom-kolom penyangga dan atap, biasanya berfungsi sebagai selasar atau teras untuk memasuki sebuah bangunan), juga tampak pada konstruksi batu yang sangat kokoh sesuai dengan fungsi pertahanannya.
Pintu masuk ribat berketinggian enam meter dan lebar dua meter. Pintu ini diapit oleh pilar marmer antik dan kolom granit. Bagian terasnya memiliki lorong persegi kecil dan berkubah. Sementara itu, lantai dasar bangunan ini dibagi dalam 33 sel berukuran kecil. Sel-sel ini digunakan sebagai tempat tinggal.