Senin 04 Nov 2019 09:25 WIB

Membaca Arah Suara Politik Umat Islam di Pemilu AS 2020

Suara politik umat Islam diperkirakan akan berubah,

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Amerika.
Foto: EPA
Bendera Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK— Jumlah Muslim di Amerika tercatat mencapai 1,1 persen dari populasi. Walau suara Muslim tak begitu signifikan, tapi bagaimana demografi pemilih Muslim di Amerika. 

Petinggi partai Demokrat, Hussam Ayloush memandang akan ada perubahan terhadap suara Muslim. Selama ini, Ayloush mengakui jumlah Muslim tak signifikan. Pemberitaan kampanye 2020 pun mayoritas menyasar kelompok Yahudi, kulit hitam, hispanik, pinggiran, dan perempuan.

Baca Juga

"Tapi tak akan perlu lama untuk menyadari bahwa politik secara nasional mengalami perubahan secara drastis," katanya dilansir dari Alaraby, Ahad (3/11).

Ayloush menyebut tindakan arogan dari pemerintahan Donald Trump terhadap Muslim jadi penyebab perubahan politik itu. Ia merasa kelompok Muslim makin mudah digerakan akibat tekanan pemerintah Amerika sendiri.

"Mereka (Presiden dan pemerintahannya) menggunakan Muslim dan minoritas lain sebagai samsak tinju. Muslim merasa perlu lebih turut serta," ujarnya.

Dari jumlah Muslim yang ada di negara Paman Sam, hanya 63 persen pemuda Muslim yang daftar untuk menyalurkan hak pilih. Padahal jumlah pemuda Muslim ada 85 persen. 

Ayloush menduga sebelum peristiwa 9/11, sekitar 80 persen Muslim merupakan pendukung Partai Republik. Saat itu, Muslim lebih memilih Bush karena dianggap inklusif. "Sebelum peristiwa itu, mayoritas Muslim ialah (pendukung) Republik," ucapnya.

Sementara itu, Caleg terpilih dari wilayah Virginia Ibraheem Samirah mengatakan ada isu tertentu yang diangkat untuk meraih suara Muslim. Pria Muslim berdarah Palestina-Amerika itu mengangkat isu kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Ia menganggap belum ada budaya voting di antara Muslim.

"Saya tak melihat Muslim membicarakan itu. Mereka tak berada di tempat seharusnya. Mereka seharusnya melihat kekuatan sebuah voting," tuturnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement