Sabtu 02 Nov 2019 23:31 WIB

Kisah Warga Bahama Menyebut Nama Timbuktu

Timbuktu adalah kota kuno di Afrika yang ternyata dikenal masyarakat Bahama

Muslim Bahama tengah shalat berjamaah di masjid.
Foto: nationalgeographic.com
Muslim Bahama tengah shalat berjamaah di masjid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan memiliki sejumlah pendapat terkait masuknya Islam ke Bahama. Bahama adalah sebuah pulau di Karibia. Sejarawan Michael Craton dalam bukunya "Sejarah Bahama". Dia juga menulis bahwa Islam masuk ke Bahama lewat perbudakan.

Menurut dia, saat itu kebanyakan budak yang tiba di  Bahama berasal dari suku Mandingoes, Fulani, dan Hausa dari Afrika Utara. Mayoritas warga suku-suku itu memang beragama Islam.

Baca Juga

Craton bahkan menyatakan, Islam masuk ke Bahama jauh sebelum abad ke-18. Hal ini didasarkan pada tradisi lisan masyarakat Bahama. Menurut  dia, banyak cerita lama rakyat Bahama yang menyebutkan nama Timbuktu di dalamnya.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa  Timbuktu adalah kota kuno di Afrika yang dibangun pada 1000 Masehi. Tak banyak yang tahu pula jika Timbuktu pernah dikuasai oleh Raja Kankan Musa atau lebih dikenal dengan nama Gongo pada 1310. Sang raja membangun masjid dan menjadikan Timbuktu sebagai pusat kebudayaan Islam.

Craton pun tak menutup kemungkinan bahwa Islam dibawa masuk ke Bahama oleh Christoper Columbus. Columbus dikenal sebagai penemu benua Amerika dan dia menemukan Bahama pada 12 Oktober 1492. Columbus, lanjut dia, bukannya mendakwahkan Islam. Islam dikenalkan melalui langkah yang diambil Columbus untuk mengelilingi dunia. 

Columbus, menurut dia, melakukan pelayaran ke barat karena Alquran mengungkapkan bahwa bumi itu bulat. Sejak dahulu Muslim tahu bahwa bumi itu berbentuk bulat sehingga sangat mungkin bila dikelilingi lewat laut. Hanya orang Eropa Kristen  yang berpikir bumi itu datar.

Meski sejumlah bukti sejarah menunjukkan Islam sudah masuk sejak lama, namun Islam baru benar-benar dikenal dan menyebar luas di Bahama pada abad ke-19. Saat itu, sejumlah  tokoh terpelajar Bahama kembali ke negara asalnya setelah menempuh pendidikan di  AS. Mereka belajar ke AS karena saat itu tak ada universitas besar di Bahama.

Tak hanya menempuh studi, di AS pula mereka mengenal Islam dan akhirnya memeluk agama Allah ini. Ketika kembali ke kampung halaman, mereka berusaha menyebarkan Islam di Bahama.

Pada 1960, penduduk asli Bahama Bashan Saladin yang sebelumnya bernama Charles Cleare mendeklarasikan dirinya sebagai seorang Muslim. Dia pun mengubah rumahnya menjadi masjid. Kemudian pada  1974, Muslim Bahama bernama Munir Ahmad yang berprofesi sebagai dokter gigi, pulang dari AS. Dia bersama Mustafa Khalil Khalfani dan Faisal Abdur Rahmaan Hepburn berusaha mengembangkan Islam di Bahama.

Selain oleh mualaf asal Bahama, Islam juga disebarkan oleh Muslim dari Asia Selatan, seperti India, Bangladesh, dan Pakistan. Di Bahama, ada pula komunitas Muslim yang berasal dari Turki dan Guyana. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai dokter, pengusaha, dan guru.

Misalnya saja, Ghulam Muazzam dari Bangladesh, yang bekerja sebagai ahli patologi di Prince Margaret Hospital. Dia membantu Muslim Bahama untuk mempelajari Alquran dan bahasa Arab.  Ada pula seorang pensiunan guru asal Pakistan, Khurshid Abdullah. Dia mengajak Muslim Bahama untuk menghafalkan 10 surah dalam Alquran.

Sejumlah Muslim yang datang ke Bahama juga merupakan Muslim yang secara khusus pernah mendalami Islam di negara Arab. Misalnya, Syed Kalimuddin, Muslim asal India yang pindah ke Bahama pada 1980 dan menjadi imam di sana. Dia lalu pindah ke AS setelah 10 tahun berdakwah di negara kepulauan tersebut. Berkat dakwah mereka inilah, sekarang terdapat sekitar 300 Muslim di Bahama, terutama di Nassau, ibu kota negara.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement