Jumat 01 Nov 2019 16:23 WIB

Museum Rasulullah akan Tampilkan Sejarah Islam di Indonesia

Sejarah Islam di Indonesia ini berlokasi satu gedung dengan Museum Rasulullah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Syafruddin (kanan depan) memberikan buku cinderamata kepada Sekjen MUI Anwar Abbas disaksikan Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi (kedua kiri) usai kunjungan ke Kantor MUI, Jakarta, Jumat (1/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Syafruddin (kanan depan) memberikan buku cinderamata kepada Sekjen MUI Anwar Abbas disaksikan Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi (kedua kiri) usai kunjungan ke Kantor MUI, Jakarta, Jumat (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang diwakili Wakil Ketua Umum DMI, Syafruddin bersilaturahim ke Kantor Majelis Ulama Indonesia, Jumat (1/11). Di MUI, Syafruddin diterima Sekjen MUI, Anwar Abbas.

Kepada MUI, Syafruddin memaparkan rencana pembangunan Museum Rasulullah dan rencana menambahkan tempat khusus untuk menampilkan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Menurut Syafruddin, Yayasan Wakaf Assalam sebagai penggagas Museum Rasulullah mempersilahkan pembangunan tempat khusus itu kepada Indonesia dengan posisi gedung terpisah dari Museum Rasulullah SAW.

Baca Juga

"Jadi dalam satu gedung cuma untuk menyiapkan itu, dan diserahkan kepada kita terutama menyiapkan ahli-ahli sejarahnya dan kontennya," ungkap dia.

Karena itu, Syafruddin menambahkan, keterlibatan aktif MUI dan seluruh ormas Islam diperlukan karena dalam area museum juga akan berisi tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Dibutuhkan ahli-ahli sejarah baik itu dari MUI maupun ormas-ormas Islam untuk membahas dan menyepakati konten yang akan mengisi museum.

 

"Tentu MUI jauh lebih tahu siapa-siapa ahli sejarah yang nanti akan ditunjuk. Saya juga sudah sampaikan ke Pak Haedar dan Pak Said Aqil untuk menunjuk ahlinya. Dari NU sudah, tinggal dari Muhammadiyah dan ormas lainnya," papar dia.

Komunikasi yang dilakukan DMI terkait pembangunan museum, kata Syafruddin, tidak hanya ke kalangan umat Islam, tapi selanjutnya akan ke ormas-ormas keagamaan lainnya. Supaya rencana pembangunan ini menjadi terbuka untuk semua kalangan. Terlebih konten yang akan dipamerkan adalah sisi humanis dan toleransi pada zaman Rasulullah SAW.

"Supaya kehidupan berbangsa dan bernegara ini bisa guyup bisa bersatu. Tidak ada perasaan atau nuansa kebatinan yang tidak nyaman dan kecurigaan," tutur Syafruddin.

Sekjen MUI Anwar Abbas menyampaikan MUI mendukung penuh pembangunan museum Rasulullah SAW karena ini termasuk bentuk syiar Islam. Meski begitu, MUI tetap akan memberi rambu-rambu sejauh mana batasan dalam menggambarkan sejarah Rasulullah SAW. Misalnya jangan sampai ada penggambaran wujud Rasulullah.

"Tentu tidak akan sampai pada misalnya ada patung Rasulullah SAW," ujarnya.

Lokasi pembangunan Museum Rasulullah ini bersebelahan dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang sedang dibangun di Depok Jawa Barat. Museum yang berdiri di atas tanah milik negara seluas 80 hektare itu berlokasi di luar area kampus sehingga mudah diakses masyarakat.

Sesuai MoU, pihak Indonesia bertugas menyiapkan lahan, mengurus seluruh administrasi, dan berbagai hal lainnya. "Miniatur museum ini sudah ada di Madinah, di lingkungan Istana Gubernur Madinah, dan kami sudah berkesempatan ke sana. Jadi itulah yang akan dibangun," ujar dia.

Syafruddin mengatakan, lusa nanti, pihak dari Liga Muslim Dunia akan berkunjung ke Indonesia untuk melihat perencanaan pembangunan museum. Dia menuturkan, pembangunan museum tersebut paling lambat akan dilaksanakan pada awal tahun depan.

Konsep museum itu didesain secara modern dengan menggunakan teknologi artificial intelligence. Sehingga pengunjung dengan hanya mengklik dapat melihat hologram yang menggambarkan sejarah Rasulullah SAW dari belum lahir, lalu kehidupannya, hingga benda-benda yang digunakan semasa hidup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement