Kamis 31 Oct 2019 12:12 WIB

Keripik Pangsit Biji Durian Khas Pesantren Sabilul Mardiyyah

keripik pangsit biji durian ini salah satu produk ekonomi kreatif para santri Ponpes

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Santri pesantren Sabilul Mardiyyah memperlihatkan brownies durian dan keripik pangsit biji durian.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Santri pesantren Sabilul Mardiyyah memperlihatkan brownies durian dan keripik pangsit biji durian.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- ‘Keripik Pangsit Biji Durian’ inilah produk makanan kemasan sekaligus oleh-oleh terbaru yang sedang hits di kabupaten Majalengka. Dengan bahan utama biji durian, membuat keripik ini punya aroma khas durian.

Keripik pangsit biji durian dapat dengan mudah dijumpai di  pusat penjualan buah durian terutama di sekitar jalan raya Ujung Berung di Desa Sindangwangi, Majalengka serta di beberapa objek wisata.  Atau bisa datang langsung ke Pondok Pesantren Sabilul Mardiyyah. Ya, karena keripik pangsit biji durian ini salah satu produk ekonomi kreatif para santri Ponpes Sabilul Mardiyyah.

Menurut pengasuh pesantren Sabilul Mardiyyah, Ustaz Abdul Mufid produk keripik pangsit biji durian bermula dari ide para santri untuk memanfaatkan biji-biji durian setelah dagingnya digunakan sebagai bahan utama pembuatan brownies dan es durian.

“Itu kan ada limbahnya biji duriannya, lalu bagaimana caranya memanfaatkan biji durian itu agar bisa ada nilai nominalnya jadi produk lagi, kemudian kita olah dengan resep dan bahan lain dan jadi keripik pangsit itu,” tutur ustaz Abdul Mufid saat berbincang dengan Republika.co.id pada Rabu (30/10).

Terlebih Desa Sindangwangi menjadi salah satu penghasil buah durian terbesar di kabupaten Majalengka. Hal itu memudahkan para santri Ponpes Sabilul Mardiyyah untuk memperoleh bahan baku yang langsung didapat dari petani durian. Proses pembuatan keripik biji durian berlangsung setiap hari disela-sela waktu senggang santri.

Bisanya proses mulai dari mengolah bahan baku biji durian, menggoreng hingga mengemas dimulai sejak pukul 1 siang hingga pukul 3 sore di gedung Balai Latihan Kerja Pesantren Sabilul Mardiyyah. Ada enam santri yang terlibat dalam memproduksi keripik pangsit biji durian.

Menurut ustaz Abdul Mufid hal itu juga sebagai pembelajaran bagi santri agar mempunyai skill berwirausaha. Tiap harinya santri mampu memproduksi sekitar 3 kilogram dan dikemas menjadi 50 bungkus. Per bungkus keripik pangsit biji durian dipasarkan dengan harga Rp 15 ribu.

Untuk pemasaran pun, menurut ustaz Abdul Mufid tak menjadi persoalan. Produk makanan karya santri itu dipasarkan di pusat-pusat penjualan buah durian, di toko hingga di tempat-tempat wisata. Bahkan permintaan dari luar daerah pun banyak berdatangan setelah Pesantren memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya.

Keripik pangsit biji durian pun jadi produk unggulan yang diikutkan dalam program One Pesantren One Product (OPOP) Pemprov Jawa Barat. Pesantren Sabilul Mardiyyah pun telah memperoleh bantuan pengembangan produk ekonomi kreatif sebesar Rp 21 juta.

Selain keripik pangsit biji durian, pesantren Sabilul Mardiyyah juga mempunyai produk makanan lainnya. Yakni brownies daging durian yang dijual Rp 30 ribu, es serut daging durian Rp 10 ribu, dan roti selai durian Rp 1000.

Menariknya lagi, laba yang diperoleh dari penjualan produk-produk kreatif santri itu ditampung dan di kelola dalam Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) bernama Sabilul Mardiyah Food yang telah berdiri sejak tiga bulan lalu.

“Laba yang diperoleh itu masuk ke BUMP sewaktu-waktu memerlukan biaya untuk acara atau pembangunan bisa menggunakan dana dari situ sehingga kita punya ekonomi yang mandiri,” tutur ustaz Abdul Mufid.

Saat ini total santri yang mengaji di Sabilul Mardiyyah mencapai 100 santri. Namun hanya santri yang senior dan sudah mengikuti pelatihan yang diperbolehkan untuk turun dalam tim produksi. Kendati demikian, menurut Ustaz Abdul Mufid pesantren tetap menekankan santrinya agar dapat mengatur waktu dan tidak melalaikan tujuan utama yakni menimba ilmu agama.

Kedepannya, pesantren Sabilul Mardiyyah pun berencana mengembangkan BUMPnya dengan budidaya durian di area perkebunan pesantren. Diharapkan itu juga sekaligus bisa menjadi wisata edukasi bagi masyarakat dan wali santri saat berkunjung ke pesantren.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement