REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Bait al-Hikmah, Baghdad, sarjana dari berbagai negara dan agama menerjemahkan ke dalam bahasa Arab dari karya-karya Yunani, Persia, dan India tentang matematika, filsafat, astronomi, logika, dan sains. Tentu saja, mereka juga menulis buku hasil karya sendiri.
Selain karya-karya ilmiah, di perpustakaan kebanggaan Dinasti Abbasiyah ini juga terdapat lini Alquran dan hadis, bukubuku tentang hukum Islam dan teologi, koleksi puisi, silsilah keluarga Arab, geografi, sejarah, tata bahasa, buku referensi, buku peribahasa, dongeng, anekdot, lelucon, dan sejenisnya. Koleksi buku yang terdapat pada Bait al-Hikmah menjadikan perpustakaan tersebut sebagai perpustakaan terbesar di dunia Islam pada abad pertengah an.
Fungsi translasi karya-karya kuno itu mirip dengan akademi di Dhundaysabur, pada masa India kuno. Kalifah al- Makmun biasanya mengirim delegasi ke Romawi untuk membeli naskah-naskah Yunani kuno. Direktur Bait al- Hikmah adalah Sahl Ibn Harun dan Salm, dibantu oleh Sa’id Ibn Harun. Staf utamanya adalah para penerjemah, salah satu yang terkenal adalah Banu al- Munadhdhim. Staf lainnya adalah penyalin dan penjilid kitab.
Bait al-Hikmah diperkirakan sudah berdiri sejak zaman kalifah Harun al-Rashid. Adalah keluarga Barkamid, ke luarga bangsawan Persia yang menjadi perdana men teri Abbasiyah sejak masa kalifah al- Mahdi, yang pertam kali me me lopori upaya penerjemahan nas kah-naskah Yunani ke bahasa Arab.
Namun, khalifah al- Makmun yang kemudian semakin mengintensifkan upaya transfer pengetahuan itu yang kemudian memberi dam pak besar pada pemikiran dan budaya Islam kala itu. Bahkan, Dinasti Abbasiyah juga membangun observatorium astronomi di Bait al-Hik mah, sebuah versi yang lebih baik daripada yang dibangun oleh Ptolomeus.
Namun, perpustakaan ini tampaknya tidak bertahap di masa khalifah al-Mutawakkil yang membawa pengaruh Islam yang orto doks, berlawanan dengan se mangat penyerapan ilmu pengetahuan liberal dari Yunani. Meski demikian, beberapa perpustakaan yang menyimpan naskah-naskah terjemahan Yunani masih tetap berdiri. Akhirnya, Bait al- Hikmah dihancurkan pada tahun 1258 saat invasi Mongol. Sebanyak 400 ribu manuskrip berhasil diselamatkan ke Azerbaijan.
Bait al-Hikmah telah menginspirasi tumbuhnya perpustakaan besar lain di seluruh penjuru dunia Islam. Bahkan, perpustakaan Fatimiyah di Kairo pun akhinya diberi nama serupa, Bait al-Hikmah. Hal itu terjadi pada masa kekuasaan khalifah al-Hakim (996-1021), peng ganti khalifah al-’Aziz yang membangun perpustakaan besar itu Sejara wan al-Maqrizi mengatakan, perpustakaan Bait al-Hikmah di Kairo terbuka untuk masyarakat umum tanpa membedakan status dan pangkat. Siapa saja bisa membaca atau bertanya-tanya mengenai isi berbagai kitab koleksi.