REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kendati dominasi Muslim di Sevilla sudah berakhir sejak 1248 M, jejak-jejak peninggalan Islam masih tampak jelas pada arsitektur bangunan Istana Alcazar meski bercampur dengan gaya gotik, renaisans, dan baroque. Gabungan keempat gaya arsitektur ini kerap disebut sebagai arsitektur Mudejar.
Mudejar merupakan sebutan bagi Muslim Spanyol. Kalangan sejarawan arsitektur menilai Istana Alcazar merupakan contoh terbaik dari bangunan berarsitektur Mudejar yang pernah ada.
Arsitektur khas Islam tampak jelas pada desain pintu masuk ke kompleks istana. Desain pintunya berhiaskan tulisan kaligrafi Arab. Hiasan serupa juga terdapat pada bagian dinding, pilar, dan atap. Melalui pintu masuk ini, kita dapat menuju ke bagian tengah istana yang juga disebut dengan Patio de las Doncellas.
Tetapi, sebelum mencapai bagian tersebut, terlebih dahulu kita akan melalui sebuah ruangan dengan langit-langit tinggi. Ruangan ini beralaskan marmer putih. Di dalam Patio de las Doncellas terdapat sebuah taman yang dilengkapi dengan kolam refleksi walau dalam ukuran yang lebih kecil dari kolam refleksi yang terdapat di kompleks Istana Alhambra.
Pilar-pilar berhiaskan tulisan kaligrafi tampak mengelilingi bagian Patio de las Doncellas. Selain kaligrafi yang menghiasi dinding pilar, juga ada keramik-keramik berornamen hiasan khas Islam.
Namun, jumlah hiasan keramik berornamen khas Islam yang menghiasi bagian dinding Istana Alcazar saat ini tidak sebanyak pada masa kekuasaan Islam. Pasalnya, setelah diambil alih oleh bangsa Kristen Spanyol, banyak ruangan di dalam istana ditambahkan dengan ciri Eropa dan didekorasi oleh keramik azulejos (keramik mosaik untuk dinding dengan tampilan geometri).