REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Fajar Kurnianto
Kepemimpinan adalah beban yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab, sepenuh hati, amanah, dan adil. Tanggung jawab itu tidak hanya kepada orang-orang yang di pimpin, tetapi juga terlebih kepada Allah di akhirat. Nabi mengatakan, Setiap imam adalah pemimpin dan bertanggung ja wab terhadap rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim). Di hadis lain, Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka. (HR Abu Nu'aim).
Mengingat beratnya beban kepemimpinan, Abu Bakar ash- Shiddiq dan Umar bin al-Khathab, misalnya, di awal pidato setelah dilantik menjadi pemimpin, menegaskan bahwa kepemimpinan sejatinya adalah sebuah beban yang berat sehingga mereka mengharapkan rakyat agar bersikap kritis dan senantiasa mengingatkan mereka ketika salah jalan atau dianggap telah melenceng dari tanggung jawab kepemimpinan. Mereka sadar, manusia bisa tergoda dan tergelincir pada halhal buruk sehingga perlu diingatkan.
Abu Bakar, misalnya, dalam pidato di awal kepemimpinannya mengatakan dirinya telah diberi kepercayaan oleh rakyatnya dan ia bersedia menanggung beban berat itu, padahal ia menegaskan dirinya bukan orang yang terbaik daripada yang lainnya. Ia menegaskan pula, bila dirinya bertindak benar, rakyat perlu mendukungnya. Sebaliknya, bila ia bertindak salah, rakyat perlu meluruskannya.
Umar bahkan memuji orang yang mengkritik keras kepemim pinannya bila melenceng dari garis yang telah ditentukan. Dikisahkan, ketika berpidato di hadapan rakyatnya, salah seorang berdiri sambil mengacungkan pedangnya dan berkata, Wahai Umar, bila Anda melenceng selama memimpin, kami akan meluruskannya dengan pedang kami! Mendengar hal itu, Umar tidak marah, malah tersenyum dan bersyukur, kemudian berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan seseorang untuk meluruskan kesalahan Umar dengan pedangnya.
Kesadaran bahwa kepemimpinan adalah beban berat yang harus ditanggung dengan baik telah membuat Khalifah Umar selalu memikirkan rakyatnya. Disebutkan, ia setiap malam berjalan bersama pembantunya untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Ia tak ingin satu orang rakyatnya kelaparan. Ketika pada suatu malam ia mendapati sebuah rumah di dalamnya ada orang yang merintih kelaparan, keesokan harinya ia sendiri yang memanggul gandum dan memberikannya kepada orang tersebut.
Ketika pembantunya memohon agar ia yang membawa gandum itu, Umar mengatakan, Apakah engkau sanggup menanggung dosa Umar karena menelantarkan rakyatnya? Umar adalah sosok pemimpin yang keras, tegas, dan bera ni, tetapi begitu mencintai dan menyayangi rakyatnya serta tidak otoriter. Ia menyadari tugas utama seorang pemimpin adalah melayani rakyatnya dengan adil.
Bila itu tidak dilakukan, selain berarti mengkhianati amanat rakyat, juga berarti mengkhianati Allah. Ia begitu menjaga pesan Rasulullah dan tak ingin melanggarnya. Beliau mengatakan, Barang siapa diserahi ke kua saan untuk mengurus manusia, lalu menghindar (meng elak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkan nya maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat. (HR Ahmad).
Kepemimpinan bukan perkara ringan atau dianggap bukan beban. Tanggung jawabnya sangat berat karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Karena itu, selain mewanti-wan ti perihal kepemimpinan, Allah menjanjikan balasan yang besar kepada pemimpin yang berhasil mengembannya dengan baik. Nabi bersabda, Ahli surga ada tiga macam: pemimpin yang adil, orang yang mengasihi sesama, dan orang yang tidak me ngemis meskipun keluarga nya banyak. (HR Muslim). Termasuk orang yang diberi naungan pada hari kiamat yang sangat panas adalah pemim pin yang adil (HR al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam. n