Rabu 23 Oct 2019 18:48 WIB

ISNU: Indonesia Representasi Visi Islam Rahmatan Lil Alamin

Indonesia harus didukung agar menjadi rujukan keberagamaan Islam yang moderat

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Peta Indonesia
Foto: wikipedia
Peta Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menilai Indonesia sebagai representasi visi Islam Rahmatan Lil 'Alamin. Maka Indonesia harus didukung agar menjadi rujukan keberagamaan Islam yang moderat bagi negara-negara lain.

Sekretaris Jenderal PP ISNU, KH Muhammad Kholid Syeirazi menyampaikan, Islam yang dipraktikkan di Indonesia adalah keberagamaan Islam yang mengedepankan toleransi, perdamaian dan penghargaan terhadap keragaman serta kebudayaan Nusantara. Islam yang dilaksanakan juga memiliki ikatan yang kuat terhadap nasionalisme. Bahkan menerima ajaran hubbuł wathon minal iman atau naslonalisme adalah bagian dari iman.

Ia menerangkan, praktik dan dakwah Islam di Nusantara dilaksanakan secara bijak atau bi al-hikmah. Islam yang dipahami dan dipraktikkan di Indonesia juga merupakan representasi visi Islam Rahmatan Lil 'Alamin.

"Oleh karena itu kita harus mendorongnya menjadi rujukan keberagamaan Islam yang moderat bagi negara-negara yang lain, termasuk bagi negara-negara non Muslim yang menerapkan sistem demokrasi," kata KH Kholid kepada Republika di Gedung Kesenian Jakarta dalam rangkaian acara peringatan Hari Santri 2019, Selasa (22/10).

Menurutnya, Indonesia adalah praktik nyata hubungan yang kompatibel antara negara dan agama Islam. Sehingga menghasilkan praktik demokrasi yang matang, damai dan perwakilan yang demokratis.

Di tempat yang sama, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Robikin Emhas menjelaskan tentang peran strategis ormas keagamaan NU. Ia menjelaskan bahwa ulama adalah pewaris Nabi, dan ulama mengemban amanat kenabian.

"NU mendekatkan hubungan dengan Allah (hablun min Allah) dan hubungan sosial (hablun min an-nas). Seluruh kajian keagamaan (tafaqquh fid-din) dalam NU dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan kedua hubungan tersebut," jelasnya.

Ia menerangkan, dalam hubungan dengan Allah, NU memiliki pedoman amaliyyah ubudiyyah tasawuf yang selama ini telah dipraktikkan. Baik melalui ajaran tauhid, fiqih maupun tasawuf. Sementara, dalam hubungan dengan manusia, NU memiliki fikroh, berupa prinsip- prinsip tasamuh, tawasut, tawazun dan itidal.

"Dalam hubungan dengan negara, NU memiliki pandangan bahwa pemerintahan harus diselenggarakan untuk kemaslahatan warga negara atau li mashlahat al-'ammah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement