Senin 21 Oct 2019 21:00 WIB

Kiai Abdullah Berkontribusi dalam Syiar Islam di Indonesia

Kiai Abdullah menjelaskan hal pelik kepada umat dengan penuh kelembutan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA MH Ketua umum MUI Kabupaten Bogor
Foto: ROL/Damanhuri
Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA MH Ketua umum MUI Kabupaten Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor KH Ahmad Mukri Aji merupakan salah seorang kiai yang pernah mengikuti pengajian kitab Ihya' Ulumiddin yang dibacakan Kiai Abdullah. Kiai Mukri sendiri mulai mengenal Kiai Abdullah sekitar 1974-an melalui pembimbingnya, KH Elon Syuja'i yang merupakan pendiri Pesantren Asy-Syujaiyah Bogor.

“Saya dibawa beliau(Kiai Syuja'i) ke majelis almarhum KH Abdullah bin Nuh dalam kajian kitab Ihya' Ulumuddin," ujar Kiai Mukri saat dihubungi Republika, belum lama ini.

Baca Juga

Menurut Kiai Mukri, saat itu Kiai Abdullah sangat komprehensif dalam menjelaskan kajian kitab monumental Hujjatul Islam. Kiai Abdullah saat itu juga sudah mampu menguasai berbagai bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis secara autodidak.

“Sosok beliau memang alim ulama,” ucap Kiai Mukri.

Saat mendengarkan pengajian kitab Ihya', Kiai Mukri saat itu langsung terinspi rasi dari sosok Kiai Abdullah. Semangat Kiai Mukri pin terpompa untuk menjadi seorang ulama layaknya Kiai Abdullah.

“Jadi, waktu itu menjadi kenangan betul bagi saya. Walaupun saya waktu itu masih usia SLTA, saya ingin mengikuti beliau,” kata Kiai Mukri.

Dia menjelaskan, dalam menyiarkan agama Islam Kiai Abdullah menjelaskan hal pelik kepada umat dengan cara-cara yang penuh kelembutan dan kearifan. Menurut dia, hal ini sesuai dengan ajaran Imam Al-Ghazali yang menggunakan pendekatan syariah dan tasawuf.

Imam Ghazali itu lebih membangkitkan semangat beragama dalam pendekatan antara syariah dan tasawuf. Jadi, antara ketegasan hukum syariah dengan kebersihan hati, tasawuf, katanya. Menurut Kiai Mukri, kitab Ihya Ulumiddin yang dikaji Kiai Abdullah waktu itu sangat membekas dalam hidupnya. Melalui kitab itu, kata dia, Kiai Abdullah telah banyak membina umat Islam untuk menjadi seorang kiai atau ulama.

“Beliau membekali calon ulama dengan aqidah yang kuat, syariah, dan diba lut dengan akhlakul karimah. Karena Ihya' berisikan tiga komponen itu. Jadi tiga komponen itu selalu dipersatukan. Itu kesan kita, kata Kiai Mukri.

Mama, demikian panggilan hormat para santrinya kepada Kiai Abdullah. Ba nyak hal yang bisa diteladani dari sosok ulama pejuang kemerdekaan ini, termasuk dalam menyampaikan ajaran Islam kepa da masyarakat. Karena, menurut Kiai Muk ri, dalam menegakkan agama Islam Kiai Abdullah selalu membalutnya dengan akhlakul karimah.

Akidah harus tetap tegak, syariah tegak, tapi harus dibalut dengan etika dalam berdakwah, katanya. Menurut dia, waktu itu mungkin umat belum banyak mengenal tentang istilah Islam moderat. Namun, kata dia, selama hidupnya Kiai Abdullah sejatinya sudah menerapkan konsep Islam moderat, yaitu pemahaman keislaman yang berada di tengah-tengah.

Kiai Mukri mengatakan, Kiai Abdullah telah banyak berkontribusi dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Almarhum telah banyak mewariskan keilmuan dan ke salehan, sehingga umat harus meneladaninya. “Dan saya banyak mengamalkan apa yang diajarkan beliau itu, ujarnya.

Kiai Mukri juga mengaku senang jika ada ulama-ulama muda yang meneladani per juangan Kiai Abdullah untuk me negakkan agama Islam di muka bumi ini. Saya senang sekali ketika ulama-ulama karismatik seperti beliau diteladani oleh ulamaulama muda saat ini, kata Kiai Mukri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement