REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eksistensi manusia bertujuan untuk menyembah kepada Allah SWT (QS adz-Dzariyat: 56). Oleh karena itu, iman dan Islam menjadi nikmat besar yang patut senantiasa disyukuri. Bagi seorang Muslim, perjalanan hidup yang ideal adalah perjuangan untuk selalu meningkatkan ketakwaan.
Diriwayatkan Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW berpesan dalam sebuah hadis qudsi. Wasiat Nabi Muhammad SAW ini merupakan peringatan bagi seluruh umat manusia, khususnya mereka yang beriman.
“Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, malulah kepada-Ku ketika berbuat maksiat. Dengan demikian, niscaya Aku akan malu kepadamu pada hari penyerahan diri yang amat dahsyat kelak.
Wahai anak Adam, bertobatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan memuliakanmu dengan kemuliaan para nabi.
Wahai anak Adam, janganlah memalingkan hatimu dari-Ku. Sesungguhnya jika kamu memalingkan hatimu dari-Ku, niscaya Aku akan menyiksamu dan tidak akan menolongmu.
Wahai anak Adam, ketika kamu bertemu dengan-Ku pada Hari Kiamat kelak dengan membawa amal-amal kebajikan yang besarnya setara dengan amal kebajikan seluruh penghuni bumi, maka Aku tidak akan menerima semua amalmu itu hingga kamu mempercayai janji-Ku dan ancaman-Ku.
Wahai anak Adam, Aku adalah Maha Pemberi Rezeki dan kamu adalah penerima rezeki. Kamu tahu bahwa Aku telah memenuhi rezekimu, maka janganlah kamu meninggalkan ketaatan kepada-Ku karena persoalan rezeki. Jika kamu sampai meninggalkan ketaatan kepada-Ku karena urusan rezeki, maka aku akan memastikan hukuman-Ku kepadamu.
Wahai anak Adam, camkanlah baik-baik kelima perkara itu, maka kamu kelak akan memeroleh surga.”