Rabu 02 Oct 2019 09:00 WIB

Sebagian Besar Korban Islamofobia adalah Perempuan

Insiden Islamofobia di seluruh Eropa mengalami peningkatan selama 2018.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Insiden Islamofobia di seluruh Eropa mengalami peningkatan selama 2018. Hal ini disampaikan oleh sebuah lembaga think tank yang berbasis di Ankara, Foundation for Political, Economic and Social Research atau SETA. 

Dilansir Anadolu Agency Selasa (1/10), Sekitar 70 kasus insiden Islamophobia dicatat di Belgia, di mana 76 persen korban adalah perempuan. Di Austria, 540 kasus insiden Islamophobia dicatat pada 2018, dibandingkan dengan 309 kasus pada 2017. Angka tersebut tercatat mengalami kenaikan sekitar 74 persen tindakan rasis anti-Muslim.

Di Prancis, 676 insiden Islamofobia didokumentasikan pada 2018, dengan 446 pada 2017 terdapat kenaikan 52 persen. Di antara 676 insiden ini, 20 melibatkan serangan fisik sebesar tiga persen, 568 diskriminasi 84 persen, dan 88 di antaranya melibatkan kebencian 13 persen.

Di Jerman, ada 678 serangan terhadap Muslim Jerman, termasuk 40 serangan terhadap masjid. Menurut laporan SETA, "European Islamophobia Report 2018", sekitar 1.775 serangan terjadi pada pengungsi, 173 di rumah suaka, dan 95 pada pekerja bantuan di Jerman.

Sementara itu, di Belanda 91 persen dari total 151 insiden diskriminasi agama yang dilaporkan kepada polisi menentang Muslim. Selain itu SETA mencatat, kejahatan bermotivasi agama di Inggris dan Wales naik 415 persen dari 2011 hingga 2018.

Dalam laporannya, tindakan kekerasan dihasilkan dari ideologi rasisme yang tidak manusiawi, dan umat Muslim semakin menjadi korban semata-mata karena keyakinan mereka.

Adapun SETA merupakan lembaga penelitian nirlaba, yang didedikasikan untuk studi inovatif tentang isu-isu nasional, regional, dan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement