Ahad 13 Oct 2019 12:57 WIB

Puisi Bosnia: Nasihat Darwish Akan Warung Miras Dunia

Puisi dari Bosnia tentang nasihat Darwish agar waspada terhadap kenikmatan dunia

Jembatan Mostar Bosnia.
Foto: Muharom Ahmad.Himpuh
Jembatan Mostar Bosnia.

Pagi ini saya mendapat kiriman sebuah puisi manis dari sahabat asal Bosnia. Sebuah puisi berisi perenungan seorang 'Darwish' (pengembara sufi)  tentang kenikmatan dunia. Dia kisahkan melalui puisi yang di negeri Balkan itu kini sudah menjadi sebuah lagu nasyid yang klasik dan terkenal secara luas. Pertunjukan nasyi semacam ini pernah saya saksikan di Mostar, Albania, dan Sarajevo.

Begini syair puisi yang sudah jadi nasyid itu.

Lijek za smiraj duše

( Jučer derviš iz tekijelahija)

Juče derviš iz tekije

U mejhanu pravo ode,

A ja ostah gledajući

Žedan pokraj hladne vode.

Zašto i ja ne bih išo,

Kad dervišu grijeh nije,

Da ugasim barem žeđu

Sa kapljicom malvazije?

Kada stupih u mejhanu,

Nehotice bacih oči, -

Sto derviša redom sjedi,

Sakija im piće toči.

Kako kome čašu pruža,

Za meze mu cjelov daje;

Kol'ko su se ponapili,

Jedan drugog ne poznaje.

Bijele čalme i zelene

Po vazduhu širom lete,

A starije fanatika

Sijevaju glave svete.

Dok iz jednog kuta stade

Jeka naja i defova.

A u kolo uhvati se

Sto derviša i šehova.

Sva se pusta krčma ori

U zanosu kol'ko viču,

E bi reko lakom nogom

Da se zemlje ne dotiču.

A sakija svojim glasom

Kao slavulj iz daljine -

Sve derviše opčarava,

Da se tope od miline.

Tu sam bio i vidio,

Šta od ljudi ljubav tvori -

Sto srdaca ko sto zublja

Na jednome biću gori.

Safvet-beg Bašagić

photo
Rumah pengikut sufi (darwis) di Mostar
       *******

Begini terjemahan sederhana puisi Bosnia itu:

Obat Bagi Jiwa Jiwa


(Pengembaraan Darwih Mencari Tuhan)

Ku lihat kemarin seorang darwis dari masjid langsung ke warung miras (tawern) perginya
 
Ku tinggal seorang diri kehausan berdiri samping air dingin mengalir
 
Kenapa saya juga tidak pergi, kalau untuk darwish ini haram bukan
 
Supaya kehausan ini dapat dilayani dengan setetes anggur kuno
 
Ku masuk dalam warung miras itu dan melihat ratusan darwish duduk berkelililing
dia layani sama pemilik warung miras itu

 
Kepada masing masing sambil gelas mengisi hadiyahkan sebuah ciuman
 
Segitu mereka sudah mabuk satu sama lain tidak kenal lagi Turban  putih dan hijau mereka beterbangan berjatuhan
kepala para orang suci seperti bersinar
 
Lalu pada ketika terngar suara 'ney' dan rebana dibunyikan
 
Ratusan darwish dan syekh lalu bangun dan menari
 
Warung miras riuh
penuh bunyi gema dari nyanyian mereka
 
Kalau dilihat seolah olah kaki-kaki mereka yang menari tidak bersentuhan dengan tanah lagi
 
Apalagi tuan warung dengan suaranya merdu seperti burung bulbul
 
Dari jauh mampu memikat para darwish
hingga melebur pada geriap kesenangan
 
Di situ saya melihat apa yang dijadikan cinta dari manusia
 
Lihat seratus hati seperti seratus gigi tunduk pada satu tanda ke-Esaan berdiri
 
Lalu, pengelana memilih pergi seperti Basagic
 
 
     *****
 

Edin mengatakan puisi ini menceritakan betapa bagi Darwsih dunia itu memabukan tapi tak berarti apa-apa. Darwih menumpamakan dunai bagai minuman keras beserta warungnya. Di sana banyak senyuman, pujian, dan pesta gemerlapan. Semua serba memabukan seperti minuman.

Tapi bagi Darwis meski dia tahu dia memilih pergi menjauhi. Dia lebih memilih menjadi pengelana sufi dari pada memilih menjadi pengelana yang merugi seperti Basagic.

''Ini sebuah renungan dari Bosnia,'' katanya.

Hasil gambar untuk Safvet-beg Bašagić

    Keterangan Foto: Safvet-beg Basagic, sejarawan dan penulis terkemuka Bosnia

            *****

Lalu siapa sosok 'Basagic' yang dimaksud dalam puisi itu? Edin kemudian menjawab melalui medsos sembari mengutip sosok tersebut dalam Wikipedia. Katanya:

"Safvet-beg Bašagić (6 Mei 1870 - 9 April 1934), dikenal sebagai Mirza Safvet. Dia  adalah seorang penulis Bosnia yang sering digambarkan oleh sejarawan Bosniak (orang Bosnia) sebagai "bapak Renaisans Bosnia".

''Basagic adalah salah satu penyair paling terkenal di Bosnia dan Herzegovina pada pergantian abad ke-20. Bašagić ikut mendirikan jurnal politik Behar dan merupakan pendiri masyarakat budaya dan majalah Gajret, dan terpilih sebagai Presiden dewan Bosnia pada tahun 1910. Ia juga terkenal karena leksikonnya yang melebihi tujuh ratus biografi yang ia susun selama beberapa dekade,'' kata Edin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement