Sabtu 12 Oct 2019 23:31 WIB

Wahai Orang Tua, Peluklah Anak-Anak Demi-Ku

Allah SWT mengajarkan agar orang tua memerhatikan anak.

Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama

REPUBLIKA.CO.ID, *Oleh Abdul Muid Badrun

Seorang bernama Abu Bashir pernah bertanya kepada Imam Ja'far As-Shodiq (Guru Imam mazhab Maliki dan Hanafi) tentang firman Allah yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (QS at-Tahrim: 6).

Abi Bashir bertanya, "Aku mampu memelihara jiwaku, tapi bagaimana aku akan menjaga keluargaku (dari api neraka)?" Imam Ja'far menjawab, "Perintahkan mereka sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan larang mereka sesuai dengan apa yang dilarang oleh-Nya. Jika mereka menaatimu maka engkau telah menjaga mereka, namun jika mereka melanggar apa yang kau katakan maka engkau telah melaksanakan kewajibanmu." 

Dari pemahaman di atas kita bisa ambil beberapa pelajaran dan hikmah berharga untuk kita renungkan. Pertama, sudahkah kita sebagai orang tua mengajak anak untuk senantiasa mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya? 

Di tengah kesibukan orang tua zaman now yang sering melalaikannya. Akibatnya, anak-anak kita dipeluk oleh televisi dan gadget. Bukan ayah dan ibunya. Fakta membuktikan, kita orang tua lebih memilih memberikan anak gadget ketika dia rewel dan menangis. Sikap permisif ini mengakibatkan anak-anak cenderung bermental instan dan berjiwa keras. Ini yang berbahaya!

Kedua, ada ungkapan "anak-anak kita sejatinya bukanlah anak kita. Tapi, anak zaman yang dilahirkan oleh kita orang uanya. Maka, didiklah dia sesuai zamannya."

 Ungkapan ini sering disalahpahami dengan membiarkan anak-anak kita bebas melakukan apa saja bersama teman-temannya. Padahal, jelas peringatan Allah agar kita tidak mendekati hal-hal yang buruk (QS al-Israa: 32). 

Mendekati saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Jelas akibatnya akan semakin rusak generasi kita. Berteman boleh, tapi carilah teman yang baik dan benar. Yang menebar kebaikan dan energi positif.

Ketiga, jika orang tua sudah mengajak berbuat baik, tapi anak tetap saja tidak mau, apakah sudah gugur kewajiban? Bagi saya belum karena tugas orang tua adalah memastikan anak-anaknya menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan- Nya. 

Itu artinya, tanggung jawab ini tidak hanya sekali dua kali. Tapi, seumur hidup dan ini sesuai dengan anjuran Alquran (QS al-'Ashr: 1-3). Jadi, jangan lelah untuk terus-menerus mengajak anak-anak kita berbuat kebajikan. Inilah tugas moril orang tua .

Ayo, para orang tua Indonesia di mana pun berada. Peluklah anak-anak kita. Jangan biarkan anak-anak kita dipeluk oleh gadget dan televisi. Saya sebagai orang tua ngeri melihat kejadian akhirakhir ini. Di Surabaya, ada anak tega menendang kepala ibunya hanya gara-gara tidak dikasih uang Rp 10 ribu. Di Bandung, ada ibu yang tega membunuh anaknya yang baru tiga bulan.

Wahai para orang tua, bapak dan ibu, apakah kejadian mengerikan ini kita biarkan terus terjadi? Saya meyakini ini terjadi bukan semata-mata persoalan ekonomi. Tapi, lebih karena anak-anak berjiwa keras dan bermental instan karena pengaruh gadget, televisi, dan lingkungan yang tidak sehat.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement