Sabtu 12 Oct 2019 08:47 WIB

Soal UAS: Belajarlah pada Minoritas Muslim Lamakera di Solor

Meski hidup sederhana di Lamakera masyarakat di sana tak pernah a sosial.

Kampung Lamaholot  Lamakera, Nusa Tenggara Timur.,
Foto: MHR Shikka Songge
Kampung Lamaholot Lamakera, Nusa Tenggara Timur.,

Oleh: MHR Sikka Songge, Trainer Nasional HMI asal Lamakera, Solor, Flores Timur

Dahulu, saat terjadi ajang Pilkada DKI, kala itu Ananda Sukarlan dan ratusan orang lainnya meninggalkan aula saat Gubernur DKI Dr Anies Baswedan sedang memberikan Pidato Peringatan 90 Thn Lembaga Pendidikan Kanisius. Uniknya mereka kemudian masuk kembali setelah selesai Anies turun dari podium.

Sikap yang demikian ini adalah sikap a sosial, sikap tidak terpelajar, layaknya kaum primitif yang tidak faham peradaban berdemokrasi, peradaban negara yang multi etnik dan multi agama.

Saya, merupakan salah satu orang Lamakera, suku bangsa Lamaholot. Sebagaimana diketahui bahwa Lamakera merupakan perkampungan Muslim yang terdiri dari tiga desa pesisir berada di Pulau Solor Kabupaten Flores Timur NTT. Kami terlahir sebagai minoritas Muslim, sehingga secara politik kami belum memungkinkan memenangkan pencalonan Wakil Bupati apalagi Bupati. Meskipun melalui sistem demokrasi memungkinkan kami warga muslim bisa berkompetisi dalam pertarungan kepala daerah.

 

photo
Pesisir Lamakera.

Akan tapi kami warga Lamaholot amat berbudaya, budaya kami orang sekolahan yang tahu diri, sadar diri, tahu menempatkan diri, tahu hak kami yang minoritas geniun. Kami minoritas dalam angka namun kami memiliki kelas berperadaban berdemokrasi. Olehnya Bupati kami Flores Timur meski ia seorang penganut Katholik, alhamdulillah ia sudah berkali kali datang menyapa warga kami di perkampungan Muslim Lamakera. Setiap kali ia datang kami menyambut kedatangannya dengan serimoni adat yang luar biasa khidmat.

Bupati datang di Lamakera dalam berbagai event, syukur atas kemenangannya sebagai bupati, hadir dlm kegiatan rumah adat, hadir dlm kegiatan penegrian madrasah. Setiap kali ia hadir orang tua kami memberikan mimbar peradaban untuk beliau berpidato. Meskipun kami beda dalam iman, beda dalam keyakinan, tetapi tidak mengurangi sedikitpun akhlak kami menghormati sang Bupati.

Ada baiknya dalam kerangka menjaga dan merawat kebersamaan berbangsa dan bernegara, mereka seperti yang dahulu Ananda Sukarlan dkk lakukan, atau mereka kini yang menghambat UAS berceramah, belajarlah pada kami Minoritas Muslim Lamakera di Pulau Solor Flores Timur NTT. Kami meski dari tempat yang terpencil di ujung paling 'timur-selatan' Indonesia bisa tahu diri. Setidaknya masyarakat kampung kami lebih Pancasilialis, menjunjung tinggi akhlak dan etika. Kami tidak pernah menpertontonkan prilaku primitif di tengah siang bolong!

photo
Kampung Lamakera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement