Jumat 11 Oct 2019 23:23 WIB

Din Soal Label Radikalisme: Generalisasi yang Berbahaya

Din mengecam keras aksi penusukan Wiranto.

Din Syamsuddin saat menjadi Khatib salat Idulfitri di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Rabu (5/6).
Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Din Syamsuddin saat menjadi Khatib salat Idulfitri di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Rabu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengecam keras penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto di Pandeglang, Provinsi Banten.

"Saya bersedih bahwa peristiwa tersebut terjadi dan berdoa semoga Bapak Wiranto sehat walafiat dan dapat kembali menunaikan tugas sehari-hari," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (11/10).

Baca Juga

Sebagai masyarakat cinta damai, Din  mengecam berbagai bentuk tindak kekerasan oleh siapapun dan atas nama apapun hal itu dilakukan.

Menurutnya, bentuk kekerasan apa pun yang mengatasnamakan agama atau kepentingan politik, tidak boleh dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, aparat kepolisian diminta mengusut tuntas.

Apalagi, kekerasan tersebut mengenai para pejabat negara maupun tokoh agama seperti kejadian yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.

Ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 tersebut menyarankan kejadian itu harus dapat diselesaikan secara tuntas dengan menyingkap pelakunya. "Kemungkinan ada aktor intelektual di baliknya," ujar dia.

Terkait label radikal, dia mengatakan apa yang selalu dilakukan pihak berwajib selama ini dengan cepat menyimpulkan pelaku terpapar ekstremisme atau terkait kelompok radikal jika kemalangan menimpa pejabat.

Namun, apabila hal itu terjadi pada ulama atau tokoh agama, pelakunya disebutkan orang gila. Hal itu dinilainya tidak menyelesaikan dan menuntaskan akar masalah.

Penyimpulan pelaku tindak kekerasan yang terpapar ekstremisme dan radikalisme apalagi menyebut kelompok ISIS, kata Din Syamsuddin, merupakan simplifikasi masalah yang tidak akan menyelesaikan masalah. "Hal itu merupakan generalisasi yang berbahaya," katanya.

Akibatnya, ujar pria bernama lengkap Muhammad Sirajuddin Syamsuddin tersebut, sebagian masyarakat khususnya umat Islam banyak yang sudah merasa bosan dengan pendekatan seperti itu dan akhirnya hilang kepercayaan serta bersikap abai. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement