Sabtu 12 Oct 2019 04:04 WIB

Tantangan Dakwah di Wilayah 4T

Program Dai Tangguh dirintis sejak 2001.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
Diskusi dakwah di masjid (ilustrasi)
Foto: Republika TV
Diskusi dakwah di masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) yang fokus pada pendidikan, dak wah, dan sosial. Salah satu program ung gulan Laznas BMH adalah Dai Tang guh. "Dai Tangguh adalah para dai yang dibina oleh BMH kemudian diterjunkan untuk berdakwah dan berkhidmat di ber bagai daerah di Indonesia," kata Di rektur Utama BMH Ustaz Marwan Muja hidin kepada Republika, belum lama ini.

Program Dai Tangguh dirintis sejak 2001. Menurut Ustaz Marwan, Laznas BMH telah mengirimkan ribuan Dai Tang guh ke 34 provinsi dan 200-an ko ta/kabupaten di seluruh Indonesia. Para Dai Tangguh BMH tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di wilayah 4T (Terdepan, Terluar, Terdalam, dan Termarjinalkan).

"Perjuangan dan dakwah para Dai Tangguh itu luar biasa. Mereka menghadapi berbagai tantangan, suka, dan du ka, bahkan terkadang harus melintasi ba haya dan risiko nyawa," ungkap Marwan. Ia mencontohkan, Ustaz Kasja yang berdakwah di wilayah dan masyarakat Badui, Banten. Ustaz Nur Hadi yang ber dakwah melayani mualaf Suku To gutil, penduduk suku asli di Halmahera Utara. Ada juga Ustaz Heru yang ber dak wah di Penjaringan, Jakarta Utara.

Ustaz Solehan yang berdakwah di Lam pung bahkan sempat berhadapan de ngan kepala suku. Dia difitnah sebagai teroris dan diancam dibunuh. "Ustaz Teguh Mahmudi di Temang gung, Jateng berdakwah kepada para mualaf. Ia ditusuk belati dua kali, dilempari kotoran anjing, dan dimusuhi keluarga mualaf," tutur dia.

Tantangan ekonomi merupakan sa lah satu ujian bagi para Dai Tangguh. Hal itu diungkapkan oleh Ustadz Ikbal, Dai Tangguh di Kaltim. "Kami mencari bam bu, bikin tusuk sate, lalu kami jual untuk beli beras," kata Ustaz Ikbal.

Hal senada diungkapkan Ustaz M Taufik, yang juga beroperasi di Kaltim. "Kalau bicara kekurangan duit, hampir tiap bulan kekurangan. Hal itu karena kebutuhan Kabupaten Mahulu sangat mahal. Bahkan, tiga kali lipat harga di Samarinda," tutur dia.

Fasilitas seadanya tidak mengurangi semangat para dai dalam berdakwah. Ustaz Hudri Yahya contohnya. Dai Tang guh di Morotai, Maluku Utara ini pan tang menyerah di tengah keterbatasan. Setiap kali menggelar kegiatan belajarmengajar, ia dan para muridnya hanya beralaskan spanduk bekas untuk tempat duduk. Tidak ada dinding untuk menutupi ruang belajar mereka.

Sejumlah Dai Tangguh juga disebar di wilayah Papua. Misalnya, Ustaz Effen di. "Kami berdakwah di Merauke, Jaya pura, Yapen, Biaknofor, hingga Tarmih. Kami menghadapi beragam tantangan. Alhamdulillah, atas izin Allah semunya bisa teratasi," tuturnya.

Ustaz Ahmad Harun, Dai Tangguh yang bertugas di Sumatra Utara, meng aku dikucilkan oleh masyarakat dan dianggap teroris. Dia pun pernah dibilang orang gila karena menggunakan bekas kandang sapi untuk dialihfungsikan men jadi mushala sementara.

Di antara Dai Tangguh BMH, ada yang fokus hanya satu bidang, yakni me ngembankan pesantren takhassus (khusus) tahfiz (menghafal) Alquran. Con tohnya Ustadz Agus Bukhori, yang me ngembangkan Pondok Pesantren Tah fizh Ibnu Sina Hidayatullah di Gunung Kawi, Jawa Timur. "Kami di sini hanya meng ajarkan tahfiz Quran. Setiap hari, para santri setoran dan muro'jaah lima kali, yakni tiap bakda shalat wajib. Umum nya pesantren tahfiz setoran dan muroja'ah hanya maksimal dua kali dalam sehari," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement