REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi
Suatu ketika Rasulullah ditanya oleh sahabat Abu Amrah, "Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku ungkapan tentang Islam, yang aku tidak akan lagi menanyakannya kepada seorang pun selain engkau." Dengan singkat beliau menjawab, "Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah'." (HR Muslim).
Jika kita dekati dengan pendekatan ilustrasi, Abu Amrah mungkin sadar bahwa menjadi Muslim yang benar, lurus, dan konsisten, bukanlah perkara mudah, maka ia ingin sebuah peneguhan dari Nabi langsung, bagaimana jalan terbaik menjadi Muslim yang sejati tanpa harus dibayangi keraguan dan kebimbangan. Sebab, godaan, ujian, dan tantangan kehidupan kerap kali mengguncang jiwa dan keyakinan.
Imam al-Qurthubi menceritakan, pernah ada seorang pemuda yang saleh. Ia rajin dan taat ber ibadah. Setiap hari ia selalu mengumandangkan azan di menara masjid untuk memanggil umat Muslim agar segera ke masjid guna mendirikan shalat berjamaah. Tentu saja, banyak orang ka gum dengan pemuda tersebut.
Namun, di suatu hari saat pemuda itu hendak mengumandangkan azan dan telah tepat berada di atas menara masjid, saat ia menengok ke bawah, dilihatnya seorang gadis nan jelita melintas. Hatinya berdegup. Dan, langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Tak kuasa menahan rasa, pemuda muazin pun bergegas turun dari menara. Dan, segera menemui gadis yang menawan hati nya itu. Singkat cerita, pemuda itu rela murtad demi menikahi gadis Nasrani tadi.
Kisah tersebut memberikan ibrah yang begitu jelas bahwa iman dan Islam seseorang akan ber temu dengan ujian kehidupan yang datang silih berganti. Kerap kali, konsistensi iman itu meng alami benturan keras, tapi jarang disadari sang empunya kala hal itu berupa ujian kenikmatan. Dengan demikian, setiap jiwa mesti mema ha mi dan menyadari bahwa istiqamah bukan perkara mudah. Namun, bukan berarti tidak ada jalan untuk menjadi Muslim yang istiqamah.
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul Abi din menjelaskan, kunci untuk bisa istiqamah adalah sabar. Pertama, sabar dalam ibadah dan keta at an. Kedua, sabar dari berbuat maksiat. Ketiga, sabar dari melakukan hal-hal yang tidak ber guna dan berlebihan dalam urusan dunia. Keempat, sabar dalam menghadapi ujian dan musibah. n