REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan pada Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Prof Amsal Bakhtiar menjelaskan bahwa KID adalah wujud perjalanan maritim dari Jakarta ke Surabaya yang membawa misi Indonesia damai. Melalui KID ingin menyebarluaskan misi Indonesia damai dan menanamkannya ke anak didik.
"Sebab mereka (para siswa) yang akan menjadi pemimpin di masa depan, maka saya berpesan jagalah Indonesia ini agar menjadi negara yang tetap bersatu, kuat dan beradab, salah satu unsur beradab adalah kedamaian dan kesadaran," kata Prof Amsal kepada Republika, Rabu (9/10).
Ia menjelaskan, KID adalah miniatur Indonesia. Kapal fisik Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Sementara, kapal non fisik Indonesia adalah KID yang berlayar ke pulau idamannya yang tercantum dalam UUD 1945 dan Pancasila.
"Yakni masyarakat yang adil, makmur, cerdas, dan aman. Serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak ada kesenjangan ekonomi dan politik, kesejahteraan harus ditingkatkan secara merata, inilah unsur-unsur yang paling penting," ujarnya.
Menurutnya, kalau semua itu terwujud maka KID akan berjalan mulus dalam pelayarannya. Tapi kalau kesenjangan ekonomi semakin tinggi dan kemiskinan semakin banyak, maka KID akan oleng bahkan bisa pecah. Ide besar ini yang dibawa oleh KID bersama 60 anak-anak dari Jakarta ke Surabaya.
Ia menyampaikan, KID mengajarkan semua untuk sadar bahwa di sebuah kapal ada nakhoda, masinis kapal, keamanan kapal, juru masak, jurus mesin, mualim dan penumpang. Indonesia ini ibaratnya kapal, kalau semua kru kapal ahli dan bekerjasama dengan baik, kemudian penumpangnya nyaman dan aman. Maka akan selamat sampai tujuan.
"Program KID ini menanamkan nilai-nilai damai, toleransi dan moderat kepada anak didik," kata Prof Amsal.