Rabu 09 Oct 2019 18:00 WIB

Bacalah dengan Nama Tuhanmu

Totalitas hidup Muslim hanya dipersembahkan untuk-Nya.

Ilustrasi Takwa
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Takwa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — ''Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.'' (QS Al-'Alaq [96]: 1).

Dari posisinya sebagai wahyu pertama serta dari cara Jibril menyampaikan kepada Rasulullah SAW, ayat ini memiliki kedudukan istimewa. Ia berisi pesan-pesan fundamental yang diberikan kepada Rasulullah SAW secara khusus dan umatnya secara umum.

Di antaranya, pesan untuk 'membaca'. Pesan ini sangat penting agar manusia memfungsikan sejumlah perangkat indrawi yang Allah SWT anugerahkan, seperti penglihatan, pendengaran, hati, dan akalnya secara optimal.

Itulah perangkat utama untuk membaca tulisan yang terdapat dalam kitab ataupun di jagad raya. Dari sini, manusia menjadi cerdas, berpengetahuan, dan berwawasan luas.

Hanya saja, proses membaca itu harus disertai spirit mulia. Sebab, banyak orang cerdas sesudah membaca, tidak memberikan manfaat apa-apa. Bahkan, tidak jarang pengetahuan dan kecerdasan yang dimilikinya digunakan untuk menipu, menjerat, memperdaya, memanipulasi, dan mendatangkan bahaya.

Karena itu, Allah SWT menyatakan, ''Bacalah dengan nama Tuhanmu.'' Artinya, tidak boleh hanya sekadar membaca. Tapi, proses membaca tadi harus dilakukan karena Allah SWT dan untuk-Nya. Inilah pesan selanjutnya yang bisa diambil dari ayat di atas.

Ini pula yang seharusnya menjiwai proses penelaahan, penalaran, pengamatan, dan pembelajaran oleh seorang Muslim. Dirinya harus selalu terkait dengan Allah Sang Pencipta.

Bahkan, Syekh Abdul Halim Mahmud berkata, ''Dengan kalimat Iqra' bismi Rabbik, sebenarnya Alquran tidak hanya memerintahkan manusia membaca. Sebab, membaca hanya sekadar lambang dari segala aktivitas manusia.''

Ayat itu seolah ingin menyatakan, ''Bacalah dengan nama Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu. Begitu pula, bila Anda berhenti bergerak, hendaknya itu juga karena Tuhanmu. Dengan demikian, ayat itu mengarahkan manusia agar menjadikan seluruh hidup, wujud, cara, dan tujuannya adalah karena Allah SWT.''

Apa pun profesi dan pekerjaan manusia, apa pun jabatan dan kedudukannya, apa pun bidang yang ditanganinya, harus senantiasa terkait dengan Allah SWT dan ridha-Nya. Di sinilah kita memahami, mengapa Rasulullah SAW selalu memulai aktivitas kebaikannya dengan menyebut nama Allah SWT (basmalah). Tidak ada yang boleh terlepas dari-Nya.

Totalitas hidup Muslim hanya dipersembahkan untuk-Nya. ''Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam'.'' (QS Al-An'am [6]: 162). 

sumber : Hikmah/Fauzi Bahreisy
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement