REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beribadah kepada Allah SWT merupakan kewajiban setiap Muslim. Namun, kita sering lalai hingga tak maksimal dalam menjalankan kewajiban tersebut. Terkadang, kita bahkan sengaja meninggalkannya karena alasan tak jelas.
Sikap lalai semacam itu amat dijauhi Rayhanah a-Walihah. Ulama sufi asal Bashrah tersebut senantiasa beribadah sekaligus bermunajat kepada Allah. Ke cin taannya terhadap Sang Pencipta tak perlu diragukan lagi. Bagi Rayhanah, Allah adalah cinta sejati manusia.
Di kerah bajunya selalu ada tulisan bait-bait syair yang menggambarkan rasa cintanya kepada Allah. Misalnya, "Engkaulah sahabat karibku, cita-cita, dan kebahagiaanku." "Hatiku tak mau mencintai apa pun selalu Kau. Wahai kekasihku, cita-cita, dan sasaran keinginanku. Rinduku tak ada akhirnya. Kapankah aku akan berjumpa dengan-Mu?"
Rayhanah memandang beribadah seharusnya dilakukan bukan hanya karena ingin masuk surga, melainkan karena cinta tulus kepada Allah."Yang kuminta bukanlah kesenangankese nang an surga. Yang kuingin kan h anya lah berjumpa dengan-Mu," kata Rayhanah.
Muslimah itu hidup semasa dengan Shalih al-Murri yang memiliki nama asli Shalih bin Basyir al-Murri. Ia merupakan ulama yang selalu berpegang teguh pada Alquran.Walau samasama dari Ba sh rah, sosok Rayhanah tak sepopuler Ra bi'atul Adawiyah. Kisah hidupnya pun tak banyak diketahui.
Nyaris tak ada sumber yang menceritakan profilnya secara detail. Hanya saja diketahui, ia mengembuskan napas terakhir pada paruh kedua abad kedua Hijriyah atau kedelapan Masehi. Ketaatan sekaligus kecintaannya pada Allah patut dicontoh. Dia membuktikan kalau perempuan juga mampu melaksanakan ibadah secara maksimal.
Cinta kepada Allah merupakan keharusan bagi setiap Muslim. Dalam surah al-Baqarah ayat 165, Allah berfirman, "Orang-orang yang beriman sangat mendalam cintanya kepa da Allah."
Mencintai Allah tak bisa hanya lewat ucapan dari mulut, melainkan perlu dibuktikan me lalui perbuatan. Hal itu sesuai firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 31, "Katakanlah, jika kalian benar mencintai Allah, maka ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai kalian dan memaafkan dosa-dosa kalian, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Islam tak pernah membedabedakan antara laki-laki dan wanita. Keduanya memiliki hak dan kewajiban sama dalam beribadah. Kelak manusia cuma akan dilihat dari amal perbuat annya. Bukan dari fisik, apalagi jenis kelamin.