REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dari Sahl bin Sa'd, ia berkata, ''Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW, lalu berkata, 'Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amal yang bila kuamalkan dia, niscaya Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku.' Maka, sabdanya, 'Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah mencintaimu, dan berzuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia mencintaimu'.'' (HR Ibnu Majah).
Syekh Junaid menjelaskan, zuhud adalah hati selalu merasa ridha sekalipun usahanya gagal. Menurut Sufyan Ats-Tsauri, zuhud merupakan tidak panjang angan-angan dalam urusan duniawi, bukan mengonsumsi makanan yang tidak enak dan bukan pula mengenakan pakaian yang sangat sederhana.
Rasulullah SAW bersabda, ''Zuhud adalah mencintai sesuatu yang dicintai Allah dan membenci sesuatu yang dibenci Allah. Meninggalkan harta yang halal sebagaimana meninggalkan harta yang haram. Sebab, yang halalnya pasti akan dihisab, sedangkan yang haramnya pasti akan membuahkan siksa. Menyayangi sesama orang Islam sebagaimana menyayangi diri sendiri. Memelihara diri dari ucapan yang tidak bermanfaat sebagaimana memelihara diri dari ucapan yang haram. Memelihara diri dari banyak makan sebagaimana memelihara diri dari memakan bangkai yang amat busuk. Memelihara diri dari aneka macam kesenangan dunia dan perhiasannya sebagaimana memelihara diri dari panasnya api neraka. Dan, tidak panjang angan-angan. Inilah zuhud yang sebenarnya.'' (HR Dailami).
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa ada tiga tanda-tanda zuhud. Pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang. Kedua, sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan.
Ketiga, senantiasa bersama Allah SWT dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya ketaatan karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan. Apakah cinta Allah SWT atau cinta dunia. Dan, keduanya tidak dapat bersatu.
Cinta dunia dan rakus terhadap harta adalah penyakit paling berbahaya. Segala bentuk kejahatan bermuara dari kerakusan terhadap dunia dan pola hidup materialisme, narkoba, perjudian, riba, korupsi, dan sebagainya.
''Tidaklah dua serigala lapar yang dikirim pada kambing melebihi bahayanya daripada kerakusan seseorang terhadap harta dan kedudukan.'' (HR At-Tirmidzi).
Alangkah indahnya bila setiap Muslim berbuat zuhud. Kemiskinan dapat terkurangi, korupsi akan hilang, serta tak ada pula kedengkian dan usaha saling menjegal satu sama lain demi tujuan duniawi. Sesungguhnya, kenikmatan dunia hanyalah sesaat bila dibandingkan kenikmatan yang akan Allah SWT berikan kepada mereka yang berlaku zuhud. n