Rabu 02 Oct 2019 20:45 WIB

Siapakah Manusia yang Kaya Raya Menurut Buya Hamka?

Manusia kaya tidak ditentukan pada harta belaka.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Buya Hamka
Buya Hamka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiap orang tentu ingin menjadi kaya raya. Manusia bekerja sehari-hari baik sebagai pegawai, wiraswata maupun tenaga lepas, berharap segala keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi. 

Namun apa sebenarnya kaya itu? Dan apakah kaya menurut manusia kebanyakan adalah makna sebenarnya?

Baca Juga

Adalah Buya Hamka, sosok ulama yang berupaya menjelaskan makna kaya yang sejati dalam bukunya "Tasawuf Modern". 

Dalam bukunya tersebut, Hamka yang bernama asli Abdul Malik Karim Amrullah itu, menulis bahwa orang kaya ialah orang yang sedikit keperluannya.  

Menentukan apakah seseorang itu kaya atau miskin, pada dasarnya bukan atas dasar materi yang dimiliki, melainkan keperluannya. 

"Siapa yang paling sedikit keperluannya, itulah orang yang paling kaya dan siapa yang amat banyak keperluan itulah orang yang miskin," tulis Hamka.

Bagi Hamka, Allah-lah yang paling kaya, karena tidak punya keperluan maupun keinginan. Sementara raja-raja adalah orang yang paling miskin karena memiliki banyak keperluan. Kehidupan di dunia akan selalu diikat dengan aturan dan keperluan. 

Karena itu, menurut Hamka, orang yang ingin menjadi kaya maka tipsnya adalah, cukupkan apa yang ada. Jangan tergoda dengan apa yang dimiliki orang lain. Tetap taat kepada Allah, dan miliki jiwa yang tenteram dalam menghadapi kehidupan.

Orang yang ingat pada sesuatu yang belum ada, ingin ini ingin itu, maka orang tersebut berarti menginginkan kemiskinan. Sedangkan orang yang menginginkan datangnya kekayaan, hidupnya berdiri di atas kesederhanaan karena menyalurkan hartanya pada sesuatu yang bermanfaat.

Dalam pandangan Hamka, kekayaan hakiki ialah mencukupkan apa yang ada, sudi menerima berapapun karena itulah nikmat Tuhan. Juga tidak kecewa bila jumlahnya berkurang, karena harta hanyalah titipan. Datang dan pergi. 

Jika dilimpahkan banyak harta, penggunaannya harus untuk amal dan ibadah, untuk membina keteguhan hati menyembah Tuhan. "Harta tidak dicintai karena dia harta. Harta hanya dicintai sebab dia pemberian Tuhan. Dipergunakan kepada yang berfaedah," kata Hamka, yang lahir 17 Februari 1908, di Sungai Batang Maninjau, Sumatra Barat.

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement