Jumat 27 Sep 2019 21:51 WIB

Apa Beda Muslimah Yaman dan Indonesia? Ini Kata Habib Hamid

Muslimah Yaman dikenal lebih kuat menjaga rasa malu.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Yaman berjalan di antara runtuhan puing gedung yang hancur terkena serangan udara di Sanaa, Yaman, 7 Mei 2018.
Foto: AP/Hani Mohammed
Warga Yaman berjalan di antara runtuhan puing gedung yang hancur terkena serangan udara di Sanaa, Yaman, 7 Mei 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, Hadramaut merupakan salah satu wilayah di Yaman bagian Selatan. Daerah ini banyak melahirkan para ulama, cendikiawan, juru dakwah, para wali, dan orang-orang saleh. Sejak berabad-abad, lalu mereka berhasil menyebarkan Islam di benua Afrika dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Keberhasilan ulama dan para dari Hadramaut itu tentu tidak terlepas dari peran wanita di sekitar mereka, baik ibu yang mendidiknya maupun istri yang mendampingi. Untuk mengetahui sosok wanita Hadramuat, referensi sejarah dan biografi mereka sangat terbatas.

Baca Juga

Buku “Kisah dan Hikmah Wanita Hadramaut” karya Sayyid Hamid bin Ja’far al-Qodri, menyajikan hikmah yang terkandung dalam perjalanan hidup wanita-wanita suci itu. Dalam konteks Indonesia, kisah dan cara pandang wanita Hadramaut dalam buku ini bisa dijadikan contoh teladan bagi wanita-wanita Indonesia. 

Buku ini menjelaskan tentang wanita Hadramaut dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Namun, penjelasannya tidak mengurangi bobot referensi dari setiap alinea yang dituliskan lengkap dengan ayat Alquran dan hadis sahih.  

Secara umum, menurut Habib Hamid, wanita Hadramaut sebenarnya tidak berbeda dengan wanita Muslim lainnya. Mereka belajar, mengerjakan berbagai kegiatan rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak mereka, bahkan jika mendesak terkadang mereka juga keluar rumah.  

Namun, yang membedakan wanita Hadramaut dari dulu hingga sekarang adalah sifat iffah atau harga diri dan rasa malu yang begitu tinggi. Rasa malu yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak itu telah mendarah daging bagi mereka.  

Ketika dilamar pun wanita Hadramaut tidak melalui taaruf sebagaimana lazimnya di Indoneisa. Jika ada yang ingin melamar biasanya kaum lelaki hanya mengingat waktu masih kecilnya atau mendapat informasi dari kerabat wanitanya.  

photo
Seorang bocah perempuan berdiri di depan kaum wanita Yaman yang shalat di sela-sela demonstrasi menentang Presiden Saleh.

Hamid Ja’far al-Qodri dalam buku ini juga menggambarkan tentang para wanita Hadramaut yang mengenakan cadar. Menurut dia, mayoritas penduduk Hadramaut bermazhab Syafi’i, yang mana para ulama di kalangan mazhab ini terjadi perbedaan pendapat.

Hamid mengatakan, ulama Hadramaut termasuk yang paling ketat dalam masalah cadar atau niqab ini. Akar permasalahan ini berawal dari pertanyaan apakah wajah dan telapak tangan termasuk aurat. Terkait hal ini, ulama terbagi menjadi dua kelompok dan masing-masing memiliki alasan terperinci.  

Pendapat ulama yang pertama menganggap wajah dan telapak tangan termasuk aurat. Pendapat ini disampaikan para ulama yang bermadzhab Hambali dan sebagai ulama Madzhab Syafi’i.

Sedangkan pendapat ulama yang kedua menganggap wajah dan telapak tangan tidak termasuk aurat. Karena itu, tidak wajib hukumnya bagi wanita menutup muka dan telapak tangannya. Pendapat ini adalah pendapat ulama Madzhab Maliki, Hanafi, dan sebagian ulama Syafi’iyyah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement