Selasa 24 Sep 2019 05:00 WIB

Merindukan Tumbuhnya Heroisme

Pemuda lebih kuat untuk menerima kebenaran

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Makmum Nawawi

Sa`d bin Abi Waqqash bertutur, Sebelum kami menghadap Rasulullah SAW untuk pergi ke medan jihad Perang Badar, kulihat saudaraku, Umair bin Abi Waqqash, bersembunyi-sembunyi.

"Kenapa kamu? tanya saya.

"Saya takut kalau dilihat oleh Rasulullah, lalu menganggap saya masih kecil, dan disuruh pulanglah saya. Padahal, saya ingin sekali bisa ikut pergi jihad sehingga Allah menganugerahi saya syahadah (mati syahid), kata Umair.

Kemudian, Umair menyodorkan diri kepada Rasulullah, dan benar saja, beliau menilai Umair masih kecil dan belum cukup umur untuk berjihad. "Pulanglah,"ucap Rasulullah.

Mendengar demikian, Umair menangis, dan akhirnya Rasulullah pun mengizinkannya.

"Kemudian, aku membantu mengikatkan beban senjatanya karena saking kecilnya, dan ternyata Umair terbunuh dalam Perang Badar dalam usia 16 tahun," kenang Sa'd

Hal senada juga terjadi pada Usamah bin Zaid ketika Perang Uhud, di mana ia dan teman-teman sebayanya, putra- putra para sahabat radhiyallahu `anhum datang menghadap Rasulullah. Mereka ingin ikut terlibat dalam jihad fi sabilillah.

Sebagian mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi ditolak karena usianya yang masih sangat muda, dan Usamah bin Zaid termasuk anak yang tidak diterima. Maka, Usamah pun pulang sambil menangis, ia sangat sedih karena tidak diizinkan ikut berjihad di bawah panji Rasulullah.

Cerita tentang Umair bin Abi Waqqash dan Usamah bin Zaid ini hanya contoh kecil saja dari heroisme besar yang dimiliki para remaja dan kaum belia di kalangan sahabat Rasulullah. Dan, kehadiran mereka serasa menjadi sosok yang terasa asing dan jauh sekali, sekaligus mengiris jiwa, jika kita mendengar dan menyaksikan bejibun anak muda yang justru tenggelam dalam lumpur kemaksiatan, seksual, kekejian, dan kedurhakaan, sibuk dengan kehidupan yang serbaenak dengan tidak usah bersusah payah.

Padahal, kesalihan sebagaimana juga kematian, bukan hanya monopoli orang-orang yang sudah tua dan lanjut usia, melainkan juga terbuka luas untuk digapai oleh generasi muda. Bukankah Nabi memberikan motivasi, ada tujuh golongan yang akan memperoleh naungan Allah ketika tak ada naungan kecuali naungan-Nya, dan salah satunya adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. (HR Bukhari & Muslim).

Sebelum era agama Nasrani, sejumlah pemuda yang tergabung dalam Ashabul-Kahfi bahkan menjadi pelopor pada zamannya dalam mempertahankan akidah. Firman Allah: Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad)dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (Al-Kahfi: 13).

Menurut Wahbah Zuhaili dalam at-Tafsir al-Munir, ayat ini merupakan isyarat, pemuda lebih kuat untuk menerima kebenaran dan lebih potensial untuk menyambut datangnya hidayah ketimbang orang tua yang sombong dan terbenam dalam agama yang batil. Karena itu, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir, yang paling banyak menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya adalah pemuda.

Maka, wajar jika hari ini kita merindukan kembali tumbuhnya heroisme di kalangan remaja dan generasi muda Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement