Kamis 19 Sep 2019 14:41 WIB

Presiden Taiwan Promosikan Kebijakan Ramah Muslim

Umat Islam di Taiwan dminta pemerintah membina hubungan dengan dunia Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Kota Taipei, Taiwan
Foto: asianranking.com
Kota Taipei, Taiwan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen menemui sejumlah Muslim setempat, yang telah kembali dari perjalanan haji tahun ini. Pada kesempatan tersebut, Tsai mengundang Muslim Taiwan untuk bekerja dengan pemerintah dalam membina hubungan antara negara pulau ini dan dunia Islam.

Pada pertemuan yang digelar pada Rabu (18/9) tersebut, seperti dilansir di Taiwan News, Kamis (19/9), Tsai mengatakan bahwa Islam adalah salah satu agama paling berpengaruh di dunia. Ia lantas memuji nilai-nilai perdamaian dan keadilan yang dianut oleh agama terbesar kedua di dunia itu.

Dalam hal ini, Tsai mengatakan bahwa Taiwan berupaya menjadi masyarakat yang ramah Muslim di bidang pariwisata, perdagangan, budaya dan lainnya. Kepada kelompok Muslim itu, Tsai menyebut bahwa pertukaran yang berkembang antara Muslim dan non-Muslim Taiwan telah ditempatkan di atas agenda pemerintahannya.

Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa Taiwan telah mendorong pembentukan fasilitas dan layanan bersertifikat halal. Setidaknya ada 200 restoran yang telah melewati persyaratan halal. Selain itu, ibukota Taiwan juga telah meluncurkan mesin penjual otomatis pertama di negara itu untuk menjual makanan halal pada awal bulan ini.

Tidak hanya itu, pemerintah Taiwan juga memiliki langkah-langkah lain yang bertujuan membuat penduduk Muslim atau pengunjung Muslim merasa seperti di rumah mereka sendiri. Hal itu termasuk mempromosikan rumah sakit halal dan mendirikan ruang ibadah di bandara, stasiun kereta api, dan tempat wisata seperti Museum Istana Nasional.

Menurut Tsai, upaya pemerintah ini telah mendapat pengakuan internasional. Hal ini juga senada dengan sebuah survei yang dirilis oleh Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index 2019, yang mencatat Taiwan sebagai negara paling ramah Muslim ketiga di luar Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement