REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada masa hidupnya, Khayyam dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronom. Pada tahun 1070 M, Khayyam memutuskan untuk hijrah ke Samarkand di Uzbekistan - sebuah kota tertua di Asia Tengah. Di tempat itu, dia mendapat dukungan dari seorang ahli hukum Samarkand bernama Abu Tahir. Dia berhasil menulis buku tentang aljabar berjudul Treatise on Demonstration of Problems of Algebra.
Salah satu kontribusinya yang lain dalam bidang matematika, dia menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Pada 1077 M, Khayyam menulis kitab Sharh ma ashkala min musadarat kitab Uqlidis (Penjelasan Kesulitan dari Postulat-postulat Euclid). Umar Khayyam juga berkontribusi dalam geometri, khususnya pada teori perbandingan.
Sebagai seorang astronom, Khayyam sempat diundang penguasa Isfahan, Malik Syah pada tahun 1073 M. Ia diminta untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyam dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.
Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Khayyam pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa. Salah satu prestasinya dalam bidang astronomi dan matematika adalah keberhasilannya mengoreksi kalender Persia.
Pada 15 Maret 1079 M, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072 M - 1092 M) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Khayyam, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius.
Ketenarannya dalam menulis syair dan puisi membuat Khayyam lebih populer sebagai sebagai seorang penyair. Khayyam diyakini telah menulis seribu bait syair dan puisi. Puisi-puisinya yang dikenal skeptik justru begitu berpengaruh di dunia Barat. Begitu banyak yang mengagumi syair dan puisi yang diciptakannya. Di Barat, Khayyam terkenal dengan The Rub iy t of Omar Khayy m.
Seperti halnya Abu Nuwas - penyair termasyhur dari Baghdad - Umar Khayyam pun sempat diragukan akidahnya. Konon, dia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan fenomena adalah akibat dari campur tangan Illahi. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati.
Para pejabat keagamaan berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam. Untuk menepis semua itu, Khayyam akhirnya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim. Khayyam tutup usia pada 4 Desember 1131 M di kota kelahirannya, Nishapur, Persia. Makamnya, berada di Iran.