REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun mengungkapkan bahwa sesungguhnya ilmu sejarah merupakan disiplin ilmu yang mazhabnya tinggi, manfaatnya besar, dan tujuannya mulia. Sejarah membuat seseorang mengenal kondisi bangsa-bangsa terdahulu yang tercermin dalam akhlak mereka.
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah membuat umat manusia mengatahui para nabi melalui biografi mereka serta para raja melalui negara dan kebijakan politik mereka. Bagi siapa pun yang mengikuti jejak historis itu maka dapat bermanfaat jika ingin mempraktikannya dalam urusan agama dan dunia.
Ibnu Khaldun menjelaskan, penulisan sejarah membutuhkan sumber rujukan yang banyak dan pengetahuan yang bermacam-macam. Dia juga membutuhkan nalar yang baik dan ketelitian, dua sifat yang akan membawa sejarawan pada kebenaran, dan menyelematkannya dari kesalahan.
Dia pun menyatakan kritikannya terhadap para sejarawan yang salah dalam mengenal sejarah. Menurut Ibnu Khaldun, jika informasi sejarah hanya didasarkan pada nukilan, tanpa memiliki pengetahuan jelas tentang prinsipprinsip adat, kaidah-kaidah politik, tabiat peradaban, atau tentang kondisi- kondisi organisasi sosial masyarakat, maka akan sering menyimpang dari jalan kebeneran.
Begitu juga jika seseorang tidak mengevaluasi bahan-bahan sejarah dengan memperbandingkan antara yang jauh dan yang dekat, antara yang kontemporer dengan yang kuno, maka dia akan selalu tergelincir dari jalan kebenaran.
Menurut Ibnu Khaldun, banyak sejarawan, ahli tafsir, dan ulama penukil terkemuka yang melakukan kesalahan dalam mengemukakan hikayat-hikayat dan peristiwa-peristiwa sejarah. Hal itu terjadi karena mereka begitu saja menerima informasi sejarah itu dalam bentuk nukilan apa adanya tanpa memperhatikan nilainya.
Mereka tidak mengeceknya dengan prinsip-prinsip yang mendasari situasi-situasi historis seperti itu atau memperbandingkannya dengan bahan-bahan serupa. Mereka juga tidak menyelidikinya seca ra mendalam dengan ukuran filsafaat, kata Ibnu Khaldun.