REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Siapa pun yang berkunjung ke Bukit Dinamika Umat, Perumahan Telaga Kahuripan, Parung, Bogor, Jawa Barat, akan merasakan suasana nan sejuk dan asri.
Bagaimana tidak? Sekolah Islam terpadu yang berada di kawasan perbukitan nan hijau itu ditumbuhi pepohonan yang banyak dan rumput yang tertata rapi. Lebih dari itu, sekolah ini bersih dengan kontur tanah yang bertingkat-tingkat. Jika sekolah lain menggaungkan konsep "green school" (sekolah hijau) maka sekolah yang mengelola SD dan SMP IT ini tidak lagi sebatas wa cana, tetapi tampak dalam aksi nyata.
Sejak berdiri pada 2007 (SD) dan 2010 (SMP), sekolah ini telah berkomitmen untuk menjadi sekolah bersih secara mandiri. Setelah melalui proses internalisasi nilai dan implementasi ke pada semua guru dan murid, maka pada tahun 2016 di deklarasikan sebagai Sekolah Bersih Tanpa Cleaning Service (SB Tanpa CS).
Selama dua tahun dalam pe nguatan konsep tersebut, beberapa sekolah dari berbagai daerah pun banyak yang berkunjung untuk menggali kunci keberhasilan sekolah bersih. Setelah merasa mantap da lam aplikasinya, baik dari aspek sistem mau pun sumber daya insani, maka pada tahun 2018 mendeklarasikan diri sebagai Model Sekolah Bersih Tanpa Cleaning Service.
Hingga pertengahan tahun 2019, tercatat sudah puluhan sekolah/madrasah/pesantren dari beberapa kabupaten/kota di tujuh pro vinsi se-Indonesai yang berkunjung. "Tak per lu lagi kita belajar ke Jepang hanya untuk membangun bersih. Tetapi cukup ke Bukit Di namika Umat," tegas Ketua Yayasan Dinamika Umat Ustaz Dr H Hasan Basri Tanjung MA dalam rilis yang diterima Republika.
Menurut ustaz yang bergaya khas Medan itu, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI hanya berhasil jika dibangun dari pangkal atau mata air yakni bersih (thaharah). Konsep thaharah (bersuci-bersih) da lam Islam tidak hanya ketika hendak men di rikan shalat, tetapi juga harus hadir dan hi dup dalam kata, sikap dan perbuatan.
Syarat sah shalat dalam hukum Islam yak ni bersih badan, pakaian, dan tempat sha lat dari najis. Artinya, seorang Muslim hen dak nya selalu bersih baik badan maupun ling kungan. Jika karakter bersih tidak terbentuk dengan baik, maka karakter-karakter lain, seperti disiplin, tanggung jawab, kerja sa ma, menghargai orang lain, tidak akan lahir dalam perilaku keseharian.
"Bersih adalah adab pertama dan utama bagi setiap Muslim yang harus ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah. Bersih badan (pakaian), hati, perkataan, pi kir an, dan perbuatan," ungkap dosen IUQI Bogor tersebut.
Generasi adabi merupakan tujuan yang ideal dari pendidikan Islam. Pendidikan adab yang akan melahirkan anak didik yang ber adab, yakni beriman kepada Allah SWT dan mencintai Rasulullah SAW, berilmu, beramal saleh, dan berakhlak karimah. Semua karakter mulia tersebut hanya bisa diwujudkan me lalui penanaman nilai dengan pembiasaan yang dikuatkan dengan keteladanan dan peng awasan intensif.
Menurut Kiai Tanjung, begitu ia biasa di sapa, menguatkan pendidikan adab tidak mungkin hanya dalam waktu singkat (instan), tetapi membutuhkan proses panjang dengan penuh kesungguhan dan kesabaran.
"Sekiranya anak-anak tidak mau menyapu atau mem bersihkan sekolah, asalkan mereka buang sampah pada tempatnya, maka karakter bersih sudah mulai tumbuh. Artinya, jika tidak mau membersihkan, paling tidak jangan mengotori," tegas Penulis buku Sekolah Anak Ki ta yang menjadi bacaan wajib orang tua murid di sekolah.