Rabu 04 Sep 2019 11:21 WIB

Menelusuri Jejak Teori Heliosentris Al-Sijzi

Gagasan al-Sijzi soal teori heliosentris dapat dilacak melalui pendapat al-Biruni.

Rep: Islam Digest Republika/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra, dalam bukunya Histografi Islam Kontemporer mengungkapkan, banyak karya tulis soal teori heliosentris yang dilekatkan pada al-Sijzi. Sayang, tak satu pun karyanya yang bisa ditemukan.

Namun, gagasan al-Sijzi tentang heliosentris dapat dilacak melalui kutipan pendapat-pendapatnya oleh al-Biruni dan Abu al-Hasan al-Marakushi. Salah satunya, tercantum dalam karya al-Biruni yang berjudul Isti’ab al-Wujuh al-Mumkina fi San’at al-Usturlab.

Baca Juga

Ini merupakan buku terkenal mengenai astronomi dan astrolabe, yaitu instrumen yang digunakan astronom untuk memperkirakan letak matahari, bintang, planet, dan penentuan waktu. Al-Biruni menyatakan, ia telah melihat astrolabe, yang disebut Al-Zawraqi temuan al-Sijzi.

Astrolabe ini hanyalah satu-satunya dari barang sejenis. Benda ini tak tersusun dari bagian utara dan selatan. Al-Biruni juga sangat memuji dan menyukai astrolabe Al-Sijzi karena didasarkan pada gagasan yang mencakup beberapa aspek.

Sehingga, kata al-Biruni dalam bukunya itu, pergerakan yang disaksikan itu disebabkan oleh bumi. Ini artinya, melalui instrumen ini, al-Sijzi memandang pergerakan melalui gerakan bumi bukan sebaliknya dari langit. Ini menggambarkan keyakinan al-Sijzi soal heliosentris.

Dalam bukunya soal bahasan yang sama, astronomi dan astrolabe, dengan judul Jami al-Mabadi wa al-Ghayat, Abu al-Hasan al-Marakushi, menya takan pula bahwa astrolabe al-Sijzi berdasarkan pada pergerakan bumi mengelilingi matahari.

Menurut al-Marakushi, al-Sijzi melalui astrolabe temuannya, menjelaskan bahwa bumi berbentuk bulat serta berputar mengelilingi sumbunya, beserta pla net lainnya beredar menge lilingi ma ta hari. Ini membuktikan bahwa al-Sijzi merupakan penemu teori heliosentris.

Namun saat itu, gagasan revolusioner al-Sijzi hampir tak menuai dukungan dari ilmuwan lainnya. Menurut al-Marakushi, gagasan al-Sijzi bahkan mendapatkan sanggahan dari ilmuwanilmuwan besar lainnya, termasuk Ibnu Sina, wafat 1037 dan Fakhr al-Din al-Razi, wafat 1209.

Bahkan, al-Biruni yang sering ber tukar pendapat dengan al-Sijzi tentang astronomi dan matematika, juga meragukan kebenaran teorinya itu. Sebab, kitab al-Sijzi tentang hal itu, Miftah Ilm al-Hay’ah dan Kitab fi Sukun a-Ardh wa Harakatiha belum ditemukan.

Dengan demikian, orang tak begitu yakin bagaimana gagasan-gagasan al-Sijzi secara perinci. Namun, sejumlah catatan menjelaskan, al-Biruni dan rekan ilmuwannya yang beragama Kristen, Abu Sahl al-Masihi, menerima teori heliosentris yang dilontarkan al-Sijzi itu.

Al-Biruni juga menyebut soal matahari dan sistem geosentris dalam bukubukunya, yaitu Kitab al-Hind dan al-Qanun al-Mas’udi. Ia menyatakan, lagi pula pergerakan bumi benar-benar tak merusak nilai astronomi. Sebab, ujar al-Biruni dalam bukunya itu, penampilan suatu karakter astronomi dapat cukup dijelaskan menurut teori ini sebagaimana juga bagi yang lain.

Tetapi, terdapat alasan-alasan lain yang menjadikannya mustahil. Menurut al-Biruni, masalah ini sangat sulit dipecahkan. Para astronom kuno ataupun pada masa al-Sijzi, juga telah mempelajari masalah ini. Bahkan, al-Biruni telah memberikan penjelasan soal itu dalam karyanya, Miftah Ilm al-Hay’ah (Kunci Ilmu Astronomi), namun belum mampu memecahkan masalah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement