Selasa 03 Sep 2019 16:00 WIB

Tahun Hijriyah Momen Penting Lakukan Perubahan

Tahun baru Islam sangat berkaitan dengan istilah hijrah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Tahun Hijriyah
Foto: IST
Tahun Hijriyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam memperingati Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1441 Hijriyah yang jatuh pada Ahad (1/9). Ketua Bidang Tarbiyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Irfan Saprudin, mengatakan bahwa umat Islam memiliki kalender tersendiri yang bisa dijadikan pegangan atau dasar dalam penentuan perhitungan hari, bulan dan tahun.

1 Muharram sebagai patokan awal penanggalan Islam merujuk pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi. Irfan mengatakan, hijrah itu sendiri adalah peristiwa perubahan yang mendasar. Utamanya, karena adanya perubahan idiologi dari sistem paganisme (keberhalaan) kepada sistem tauhid (monotheisme).

Baca Juga

Selain itu, menurutnya, perubahan yang dimaksud dalam bidang sosial adalah perubahan dari sistem feodalisme-otoriter ke sistem demokras-egaliter. Di samping, kata dia, perubahan yang memandang manusia rendah dan tinggi dari aspek materi-fisik ke cara pandang yang bersifat kemanusiaan.

"Bagi umat Islam ini momen yang penting untuk melakukan perubahan-perubahan secara terus menerus ke arah yang lebih baik," kata Irfan, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Selasa (3/9).

Tahun baru Islam sangat berkaitan dengan istilah hijrah. Bagi umat Islam, Irfan mengatakan makna dari hijrah bukan peristiwa ibadah saja. Melainkan, komitmen terhadap keimanan kepada Allah dan keta'atan terhadap Rasulullah.

Menurutnya, peristiwa hijrah menjawab bahwa Islam tidak hanya agama ibadah saja, melainkan agama yang mengatur kemaslahatan duniawi dan akhirat. Hijrah, kata dia, dilakukan oleh Nabi SAW bersama sahabat dalam situasi yang tertekan, kecemasan, ketegangan, ketakutan.

Akan tetapi, umat Islam tetap tegar kala itu. Peristiwa itu dikatakannya juga membawa tugas Nabi SAW bukan sebagai Rasul/Nabi dalam masalah urusan agama saja, melainkan sebagai kepala negara, tokoh revolusi, tokoh perubahan dalam bidang sosial, pembawa ekonomi yang adil, dan peran lainnya.

"Maka peristiwa itu sebagai landasan filosofis, sosiologis, dan historis makna Tahun Baru Islam," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement