Senin 02 Sep 2019 23:32 WIB

Rumah Adat Panjalin, Pusaran Perjuangan Pahlawan Majalengka

Rumah Adat Panjalin menjadi pusat perjuangan pahlawan Majalengka.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Rumah adat Panjalin di desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Majalengka yang dibangun pada abad ke-14.
Foto: Republika/Andrian
Rumah adat Panjalin di desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Majalengka yang dibangun pada abad ke-14.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA –  Rumah adat Panjalin yang dibangun sejak abad ke-14 pernah menjadi tempat persembunyian Ki Bagus Rangin, pahlawan Majalengka penentang kolonial Belanda terutama melalui Perang Kedondong pada 1802-1818.    

Di rumah adat Panjalin yang berada di desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, itu Ki Bagus Rangin juga sering berdiskusi dengan temannya yang juga pemilik rumah adat Panjalin yakni Ki Sarte. 

Baca Juga

Ki Sarte sendiri merupakan keturunan ketujuh dari Raden Sanata yang mendirikan rumah itu. “Di sini tempat Ki Bagus Rangin menyusun strategi sampai Belanda menyerang ke sini,” kata juru pelihara rumah adat Panjalin, I Ang Saeful Ikhsan saat berbincang dengan Republika,co.id pada Senin (2/9).    

Konon pasukan Belanda kebingungan saat memasuki pedukuhan di Panjalin yang masih tertutup banyak pepohonan. Belanda tak mampu menemukan keberadaan rumah persembunyian Ki Bagus Rangin. Setelah lama mencari, pasukan Belanda beristirahat dan tertidur di sebuah wilayah yang tak jauh dari rumah adat Panjalin. Wilayah itu kini bernama Blok Pasarean.  

photo
Bagian dalam Rumah adat Panjalin

Menurut I Ang, saat Belanda terlelap para pejuang yang tinggal di pedalaman hutan Panjalin kemudian keluar namun tak membunuh para pasukan Belanda melainkan  mencoret-coret wajah pasukan Belanda. Itu lantaran kebanyakan pasukan Belanda merupakan orang-orang lokal yang dikendalikan Belanda.   

“Mereka sadar, akhirnya mereka tak berani lagi masuk menyerang ke sini. Jadi dulunya disini tempat paling aman karena tertutup hutan,” katanya.  

Rumah adat Panjalin sendiri tak lepas dari kisah Syekh Syahroni seorang utusan Sunan Gunung Jati yang mensyiarkan Islam di wilayah itu. Syekh Syahroni meminta Raden Sanata yang tak lain santri dari Pager Gunung dan keturunan kerajaan Talaga untuk membabat hutan rotan dan mendirikan rumah sebagai syarat menikahi putrinya yakni Nyi Seruni. Di tempat itu pulalah Syekh Syahroni dan Raden Sanata menyebarkan Islam.    

Rumah adat Panjalin telah masuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi dibawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten. 

Rumah adat Panjalin telah mengalami beberapa kali perbaikan, di antaranya yakni pada 1996 dan 2009. Kendati demikian, keasliannya masih tetap terjaga. Di rumah adat itu juga terdapat sejumlah benda-benda pusaka peninggalan para keturunan Raden Sanata yang pernah menempati rumah itu. Diantaranya seperti keris, tombak, kujang, serta perkakas lainnya. Andrian Saputra

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement