Senin 02 Sep 2019 14:14 WIB

Geliat Penerbitan Buku di Dunia Islam

Jumlah buku yang terbit di era kekuasaan Dinasti Abbasiyah itu sungguh melimpah.

 Kota Baghdad, pusat Daulah Abbasiyah.
Foto: sott.net
Kota Baghdad, pusat Daulah Abbasiyah.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sejak peradaban Islam menguasai teknologi pembuatan kertas, aktivitas penulisan buku di akhir abad ke-8 M kian menggeliat. Jumlah buku yang terbit di era kekuasaan Dinasti Abbasiyah itu sungguh melimpah.

Pada era itu minat baca sangat tinggi, sehingga setiap orang berlomba membeli dan mengoleksi buku. Ziauddin Sardar dan MW Davies dalam bukunya berjudul Distorted Imagination menggambarkan penerbitan buku di dunia Islam 10 abad silam, hampir setara dengan pencapaian peradaban Barat saat ini, baik secara kualitas maupun kuantitas.

"Hampir 1.000 tahun sebelum buku hadir di peradaban Barat, industri penerbitan buku telah berkembang pesat di dunia Islam," paparnya.

Guna menampung buku-buku yang terbit setiap saat, pada abad ke-9 M di hampir seluruh kota Islam sudah ada perpustakaan. Masyarakat Islam menyebutnya sebagai dar al-'ilm.

Sejatinya konsep perpustakaan atau library sudah mulai muncul di era peradaban bangsa Sumeria Kuno. Para arkeolog menemukan bekas bangunan perpustakaan di Nippur bertarikh 1900 SM.

Peradaban Islam di era kekhalifahan tak hanya memiliki perpustakaan yang banyak. Masyarakat Muslim di masa keemasan juga memperkenalkan konsep perpustakaan modern.

Bagi masyarakat Islam, perpustakaan bukan hanya tempat untuk menyimpan risalah. Namun, umat Islam menjadikan dar al-'ilm sebagai pusat penyebaran ilmu pengetahuan dan peradaban.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement