REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Suasana Gedung Perundingan Linggarjati tak seperti biasanya. Ada sekitar empat ribu bendera merah putih yang terpasang di taman depan gedung bersejarah itu. Jum'at (30/8) sore, ratusan warga ramai memenuhi taman Gedung Perundingan Linggarjati.
Ada dari kalangan komunitas dan organisasi kepemudaan, organisasi masyarakat, ibu-ibu majelis taklim, santri-santri perwakilan pesantren, pelajar hingga tokoh dan pejabat daerah setempat. Kegiatan itu juga dihadiri tokoh lintas agama.
Di bawah ribuan sang saka merah putih itu, warga khusyuk mengikuti istighasah kebangsaan yang dipimpin langsung pengasuh Ponpes Al Ishlah Buntet, KH Soleh Zuhdi.
Kegiatan Istighasah kebangsaan itu dimotori oleh Komunitas Rajawali Ciremai yang kebanyakan anggotanya merupakan ibu-ibu. Istigasah kebangsaan dengan tema Doa untuk Indonesia di Bawah Kibaran Sang Saka itu bertujuan untuk mendoakan Indonesia yang sudah berusia 74 tahun sejak diproklamasikannya kemerdekaan RI pada 1945.
Lebih dari itu, kegiatan itu juga untuk membangkitkan rasa nasionalisme dan mengokohkan persatuan sesama anak bangsa. Dalam kegiatan itu, warga juga memanjatkan doa agar terciptanya kembali situasi yang aman kondusif di tanah Papua.
“Kegiatan ini untuk membangkitkan rasa nasionalisme, kami ingin berdoa terutama juga untuk saudara kita di Papua. Jika kami bisa merangkul, memeluk saudara-saudara di Papua, akan kami peluk agar jangan kira berpisah, kita tetap NKRI,” kata Hana Nining Ketua Komunitas Rajawali Ciremai saat berbincang dengan Republika,co.id pada Jum'at (30/8).
Istighosah Kebangsaan di bawah ribuan sang saka merah putih yang berlangsung di Gedung Perundingan Linggarjati.
Kegiatan Istighasah Kebangsaan itu sekaligus menjadi puncak rangkaian program seribu satu merah putih yang sudah dilaksanakan keempat kalinya. Selain memasang ribuan bendera merah putih di halaman gedung Perundingan Linggarjati, sebelumnya Komunitas Rajawali Ciremai juga menggelar berbagai perlombaan diantaranya yakni membuat foto dan video bertemakan kebangsaan. Istighosah kebangsaan diawali dengan beragam kesenian seperti qosidah dari ibu-ibu majelis taklim serta kelompok siswa dan pelajar.
Menurut Hana Nining, pelaksana ragam kegiatan termasuk Istigosah kebangsaan yang bertempat di gedung perundingan Linggarjati sekaligus untuk mengingatkan kembali khususnya masyarakat Kuningan tentang Gedung Perundingan Linggarjati yang menjadi tempat bersejarah.
“Kami ingin mengingatkan kembali sejarah yang banyak terlupakan, bahwa di sini Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, meski saat itu tidak semua pulau. Bahwa Indonesia, awal mula diakui disini,” katanya.
Istighasah Kebangsaan itu pun mendapat respons positif dari warga. Seperti dikatakan Furqon (23 tahun) salah satu warga Linggarjati yang juga mengikuti Istighosah Kebangsaan. Ia berharap melalui Istighosah Kebangsaan itu dapat tercipta ketentraman dan kedamaian di Indonesia.
“Karena kita sama, kita Indonesia. Mudah-mudahan kita hanya bisa mendoakan untuk persatuan Indoensia yang terpenting jangan terpecah belah,” katanya.