REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW berhasil membangun peradaban di Madinah yang tak hanya dihuni umat islam. Keberhasilan itu tak terlepas dari upaya Rasulullah mewujudkan aturan bersama atau konstitusi yang dinamakan Piagam Madinah.
"Piagam Madinah itu sebenarnya aturan yang dibuat nabi tentang aturan bersama yang mengikat kaum muslimin dan juga orang kafir," kata Sejarawan Islam Tiar Anwar Bachtiar, kepada Republika.co.id, Jumat (30/8).
Tiar menuturkan, piagam itu sejatinya hanya mengatur bagaimana hubungan setiap kaum, baik itu Muslim atau tidak, untuk bisa hidup bersama di bawah kepemimpinan Nabi. "Jadi bukan menyamakan, karena akidahnya sudah jelas berbeda," ucapnya.
Kehidupan di Madinah pada masa kepemimpinan nabi, kata Tiar, juga tak selalu berjalan harmonis. Sebab, terdapat orang-orang yang melanggar Piagam Madinah. "Yang bikin ulah karena melanggar kesepakatan akhirnya diusir Nabi," kata dosen sejarah Universitas Padjajaran itu.
Keberhasilan membangun peradaban untuk semua masyarakat Madinah itu, lanjut Tiar, tak terlepas dari kepercayaan orang Madinah untuk dipimpin Nabi Muhammad. "Dalam sejarah Islam, kalau tidak berkuasa, maka tidak bisa ada toleransi dan keadilan buat yang lain," ucapnya.
Didapuknya Nabi menjadi pemimpin di Madinah, ujar Tiar, tentu karena sudah banyaknya umat Muslim ketika Nabi sampai di sana dalam rangka berhijrah dari Makkah. Kaum Muslimin di sana bahkan sudah mencapai ribuan orang.
"Makanya Nabi datang ke sana langsung diangkat jadi pemimpin. Karena nabi sudah berkuasa, maka nabi bisa nengatur. Kuncinya di situ," kata Pembina komunitas Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) itu.
Tiar menambahkan, hijrahnya Nabi ke Madinah akhirnya dijadikan oleh khalifah Umar bin Khattab sebagai penanda awal kalender Hijriyah atau tahun satu Hijriyah. Penanggalan itu masih digunakan umat Islam hingga hari ini.
Dua hari lagi atau tepatnya 1 September 2019 Masehi, umat Islam akan menyambut tahun 1441 Hijriyah. Tiar berharap, pergantian tahun Hijriyah ini dimaknai umat Muslim sebagai saat yang tepat untuk berhijrah sebagaimana yang dilakukan Nabi. Yakni, berhijrah untuk mewujudkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta)