Jumat 30 Aug 2019 07:45 WIB

Kontribusi Al-Ghazali Bagi Ilmu Pengetahuan

Al-Ghazali turut berjasa dalam membangun sains.

Sampul depan Kitab Tahafut al-Falasifah karya Imam al-Ghazali.
Foto: Wikipedia.org
Sampul depan Kitab Tahafut al-Falasifah karya Imam al-Ghazali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai ilmuwan dan ulama serbabisa, Imam Al-Ghazali tak hanya memberi sumbangan penting bagi perkembangan ilmu keislaman, filsafat, dan sufi. Ia pun turut berjasa dalam membangun sains. Berikut ini adalah kontribusi Al-Ghazali bagi ilmu pengetahuan:

Biologi dan Kedokteran

Baca Juga

Al-Ghazali juga dikenal sebagai seorang dokter. Ia pun diyakini sebagai salah seorang tokoh yang mendorong berkembangnya studi kedokteran di era kejayaan Islam, khususnya ilmu anatomi. Dalam bukunya berjudul The Revival of the Religious Sciences dia menempatkan kedokteran sebagai ilmu yang terpuji. Sebagai seorang saintis dan ulama, ia justru membenci astrologi yang dinilainya sebagai ilmu yang pantas dicela.

Dukungannya terhadap pengembangan ilmu anatomi telah memberi pengaruh yang besar bagi dokter Muslim di abad ke-12 dan ke-13 M untuk mengembangkannya. Salah satu dokter Muslim terkemuka yang terpengaruh dengan pemikiran Al-Gazhali tentang ilmu anatomi adalah Ibnu Al-Nafis.

Kosmologi

Sang ulama juga turut menyumbangkan pemikirannya dalam mengembangkan kosmologi. Al-Ghazali telah memberi warna bagi pengembangan ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi biasanya dipelajari dalam astronomi, filosofi, dan agama.

Dalam kosmologi, Al-Ghazali mencoba untuk mematahkan pendapat para filosof Yunani, seperti Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak terbatas yang tak bermula. Al-Ghazali tak sependapat dengan argumen para pemikir Yunani itu.

Ia pun menawarkan dua alasan logis untuk menjungkirbalikkan argumen Aritoteles tentang infinite past. Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki masa lalu yang tak terbatas. Semesta raya ini, kata dia, juga memiliki awal.

Psikologi

Al-Ghazali pun turut berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam dan psikologi Sufi. Dalam dua kajian psikologi itu, ia banyak membahas tentang konsep diri serta penyebab penderitaan dan kebahagiaan. Ia menggunakan istilah psikologi yang dikembangkannya sendiri, seperti qalbu (hati), roh, nafs (jiwa), dan aql (pikiran). Menurut dia, sesuatu yang ideal begitu dirindukan dan melekat pada setiap diri.

"Setiap diri memiliki dorongan sensori dan motorik untuk memenuhi kebutuhan jasadnya," papar Al-Ghazali. Keduanya melahirkan selera dan kemarahan. Menurutnya, selera mendorong rasa lapar, haus, dan dorongan seksual. Sedangkan kemarahan memicu terjadinya kemurkaan dan balas dendam. Ia membagi motif sensori menjadi lima indera luar, sepert mendengar, melihat, mencium, merasa, dan menyentuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement