Gereja di Soya Dibakar
Tidak lama sesudah imbauan Wapres, terjadi pembakaran gereja di Soya. Peristiwa itu terjadi saat Presiden Megawati sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.
Isu Soya segera digoreng. Laskar Jihad dituduh sebagai pelaku pembakaran–belakangan tuduhan ini tidak terbukti. Sejumlah organisasi melaporkan pembakaran gereja di Soya ke lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) internasional.
Melihat perkembangan itu, Wapres memutuskan segera berkunjung ke Ambon. “Peristiwa Soya tidak boleh mengganggu kunjungan Presiden di luar negeri. Tidak boleh merusak citra Indonesia. Harus segera kita atasi,” kata Wapres Hamzah Haz dalam brifing kepada para stafnya. Arahan Wapres sangat jelas, yang pertama dan utama dikunjungi adalah Soya. “Kalau tidak ke Soya, lebih baik tidak ke Ambon.”
Rencana kunjungan Hamzah Haz ke Ambon, menuai pro dan kontra. Tidak kurang dari Menkopolhukam SBY, dan Menko Kesra M Jusuf Kalla, meminta Wapres membatalkan rencananya. Kedua pejabat itu menganggap soal Ambon sudah selesai. Memang, kedua pejabat itulah yang telah bekerja keras mendamaikan pihak-pihak yang berkonflik di Ambon.
Hamzah Haz tetap pada keputusannya. Dia berpendapat, meskipun kerja keras SBY-JK patut diacungi jempol, masih ada duri menancap di daging yang jika tak segera dicabut, bisa menimbulkan inspeksi. Duri itu ialah Laskar Jihad yang eksis di wilayah konflik, tetapi merasa disepelekan eksistensinya. Konon mereka tidak diikutsertakan dalam proses perundingan damai.
Di tengah berbagai hambatan –mulai dari isu lampu runway di bandara Ambon padam, sampai medan Soya yang konon tidak bisa dikunjungi oleh mobil– Wapres Hamzah Haz akhirnya tiba di Ambon didampingi Panglima TNI, Kapolri, Menteri Sosial, Menkop-UKM, anggota DPR-RI, dan lain-lain.
Di Soya, tangan Tuhan bekerja. Karena hujan sangat deras, panggung acara tidak jadi digunakan. Akhirnya Wapres berdialog dengan pimpinan gereja dan masyarakat setempat di sebuah ruangan yang tidak terlalu luas. Sambil menggendong bayi, Hamzah Haz berdialog ringan. Dia tanyakan, apa lagu kebangsaan kita, apa dasar negara kita, apa bendera kita; dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga Indonesia kita. Tanpa direkayasa, dialog berlangsung akrab, tanpa jarak, dan apa adanya. Masyarakat puas dengan pertemuan tersebut, dan terkesan dengan gaya spontan Hamzah Haz.
Laskar Jihad Menyerahkan Senjata
Sesudah itu, Hamzah Haz berkeliling menemui berbagai komunitas agama dan masyarakat di Ambon dalam suasana yang tidak terlalu formal.
Akhir dari rangkaian acara Wapres di Ambon adalah penyerahan 3.000 berbagai jenis senjata dari Laskar Jihad kepada Wapres Hamzah Haz di halaman Masjid Al-Fatah, Ambon.
Seluruh rangkaian diplomasi Hamzah Haz di Ambon sukses, antara lain berkat dukungan Pangdam Maluku Mayjen Djoko Santoso. Ketika, banyak pihak, dengan berbagai alasan, mencegah Wapres datang ke Soya, Pangdam dan aparatnya justru menyatakan siap mengamankan kunjungan Wapres ke Soya.
Terhadap penyerahan senjata itu, Panglima TNI Jenderal Endiartono Sutarto berkomentar: “Untuk mendapatkan 3.000 senjata dari musuh, harus diturunkan paling sedikit tiga brigade tentara, dengan sejumlah korban.”
Berbagai komunitas keagamaan yang semula meragukan efektivitas kunjungan Wapres, dan mengkritik secara terbuka di dalam forum, di akhir pertemuan malah memuji kunjungan Wapres sebagai kunjungan yang sama sekali tidak bermuatan politik.
Jangan lupa, Wakil Presiden Hamzah Haz, saat itu adalah Ketua Umum DPP PPP.
Dengan penyerahan senjata dan bubarnya Laskar Jihad, situasi di Ambon kian hari makin kondusif.
Diplomasi Wapres Hamzah Haz menuntaskan perdamaian di Ambon memang tidak pernah dipublikasikan. Hal itu antara lain karena pribadi Hamzah Haz yang rendah hati, bersahaja, dan tidak mau menonjolkan diri.