Ahad 25 Aug 2019 20:22 WIB

Gus Sholah Minta Anggaran Pendidikan di Kemenag Ditambah

Anggaran pendidikan Islam kecil padahal 94 persen madrasah di kelola swasta

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Sholahudin Wahid memberikan sambutan dalam acara Silaturahmi Tokoh Nasional Menuju Pilpres 2019 di Jakarta, Kamis(8/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Sholahudin Wahid memberikan sambutan dalam acara Silaturahmi Tokoh Nasional Menuju Pilpres 2019 di Jakarta, Kamis(8/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, KH Sholahudin Wahid mendesak agar anggaran pendidikan di Kementerian Agama ditambah. Hal ini mengingat adanya perbedaan cukup besar dengan anggaran di Kementerian Pendidikan.

"Terungkap bahwa pendidikan Islam itu kecil porsi anggaran, cuma 10 persen. Padahal, madrasah itu 94 persen swasta. Sedangkan sekolah itu sebagian besar sekolah negeri, jadi pemerintah daerah perlu membantu madrasah," katanya ditemui di sela-sela seminar tentang memadukan pendidikan Islam dan pendidikan nasional di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Ahad (25/8).

Gus Sholah, sapaan akrabnya mengatakan, untuk pendidikan dasar menengah antara pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan serta Kementerian Agama kini sudah banyak kemajuan. Bahkan, kerja sama antara kedua kementerian ini yang menjadi induk pendidikan Islam dan pendidikan nasional sudah baik.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI Kamaruddin Amin mengaku tantangan pendidikan nasional ke depan cukup besar, terlebih lagi menghadapi persaingan global, sehingga anak-anak harus dipersiapkan untuk menghadapinya.

"Tentang persaingan global, sehingga harus persiapkan anak bangsa yang tidak hanya kemampuan kognitif yang baik atau skill yang cukup tapi juga harus memiliki karakter kuat, misalnya tentang integritas, kreativitas, rasa ingin tahu yang tinggi, kritis, kolaboratif dan lain-lain," katanya saat menjadi pembicara kegiatan seminar tersebut.

Ia menambahkan, kompetensi yang sangat dibutuhkan adalah karakter di abad ke-21 ini, sehingga anak-anak bangsa ke depan diharapkan memiliki karakter kuat, pengetahuan yang luas, juga memiliki skill yang dibutuhkan.

Ia juga mengatakan kualitas pendidikan baik di bawah Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan saat ini sudah baik. Bahkan, para guru juga terus dilatih guna meningkatkan kualitasnya dari sisi pembelajaran hingga memastikan anak-anak mempunyai literasi digital.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno menambahkan selama ini sinergi antara Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan sudah terjalin baik, misalnya dari kurikulum sama, ujian sama, training guru juga sudah sama.

"Satuan pendidikan dengan pesantren sinerginya baik. Anak-anak sekolah dimanapun diberikan hak yang sama, Perbaikannya harus lebih ke arah berpikir tinggi, jadi tidak sekedar mengingat-ingat pelajaran, tapi berpikir di luar yang sudah dipelajari," kata dia.

Ia mengatakan, anak-anak sejak dini harus dilatih untuk nalar, mengingat kehidupan masa depan memang penuh dengan penalaran, mampu mengatasi persoalan yang belum diketahui. Dengan itu, diharapkan anak tidak gagap saat turun di kehidupan, karena terbiasa memecahkan soal yang standar. Selain itu, ke depan masalah juga semakin lengkap, semakin tidak terbayangkan.

Dalam kegiatan seminar itu, selain dihadiri perwakilan dari Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan, juga dihadiri langsung oleh pengasuh PP Tebuireng, Jombang, perwakilan Kementerian Agama, perwakilan Kementerian Pendidikan dari Jombang dan sekitarnya, para guru, mahasiswa dan tamu undangan lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement