Sabtu 24 Aug 2019 10:41 WIB

Utang Kemerdekaan kepada Para Lelaki Berjenggot

Tidak pernah terbaca pemerintah kolonial Belanda menyuruh mencukur jenggot ulama.

Diorama suasana perumusan naskah proklamasi.
Foto:
Para pendiri bangsa tengah berapat. Terlihat ada Hatta yang kilmis dan ada juga Agus Salim dan Ahmad SUbarjo yang bejenggot.

Terkait soal jenggot atau janggut, coba masuklah ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan di Jalan Imam Bonjol, Jakarta. Di sana kita akan berjumpa dengan patung tiga tokoh yang sedang merumuskan naskah proklamasi: Ir. Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo.

Yang menarik, Soebardjo ternyata berjanggut! Siapakah Soebardjo yang berjanggut itu? Apakah dia alumni Timur Tengah, alumni Afghanistan, pengikut Wahabi, pengikut Salafi? Apakah lelaki itu terpapar radikalisme?

Dalam Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 22 Mei 1945-24 Agustus 1945 didapat keterangan bahwa Raden Ahmad Soebardjo dilahirkan di Karawang pada 23 Maret 1897. Soebardjo menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), Hoogere Burger School (HBS), dan Universitas Leiden, Belanda, bagian hukum (Diploma Mr in de Rechten, 1933). Soebardjo tercatat sebagai anggota BPUPKI dan PPKI yang merumuskan Undang-Undang Dasar. Soebardjo juga tercatat sebagai salah seorang anggota Panitia Sembilan yang menandatangani Piagam Jakarta 22 Juni 1945. \

Peran strategis Soebardjo menjelang proklamasi ialah ketika dia menjemput Bung Karno dan Bung Hatta dari tempat pengasingannya di Rengasdengklok. Soebardjo adalah Menteri Luar Negeri pada Kabinet Presiden Sukarno, dan Kabinet Soekiman Wirjosandjojo.

Selain Soebardjo, tokoh berjanggut yang lain di sekitar kemerdekaan, siapakah lagi jika bukan Haji Agus Salim. Lelaki kelahiran Kota Gadang, 8 Oktober 1884 ini, sama seperti Soebardjo, menempuh pendidikan di ELS dan HBS. Selanjutnya Salim belajar secara otodidak hingga menguasai sembilan bahasa. Salim adalah anggota BPUPKI, anggota Panitia Sembilan, Wakil Menteri Luar Negeri dan Menteri Luar Negeri Kabinet Sjahrir.

Peran strategisnya bagi tegaknya kemerdekaan Indonesia ialah keberhasilannya memperoleh pengakuan de facto dan de jure dari Mesir bagi kemerdekaan Indonesia.

Pria berjanggut lain yang besar peranannya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia ialah Mr. Ali Sastroamidjojo (1903-1976). Ali pernah menjadi Wakil Menteri Penerangan, dan Menteri Pendidikan. Lelaki berjanggut ini dua kali menjadi Perdana Menteri yaitu pada 1953-1955, dan 1956-1957. Di bawah kekepemimpinannya, pada bulan April 1955 Indonesia berhasil menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung. Konferensi inilah yang memotivasi negara-negara di Asia dan Afrika untuk merebut kemerdekaan.

Sayang, prestasi gemilang Perdana Menteri Ali ini tertutupi oleh wibawa Presiden Sukarno sehingga sejarah pun mencatat Konferensi Bandung itu sebagai prestasi Presiden (Konstitusional) Sukarno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement