Kamis 22 Aug 2019 11:06 WIB

'UAS adalah Dai Moderat yang Selalu Utamakan Persatuan'

Ustaz Abdul Somad dipandang sebagai seorang dai yang teguh dalam Aswaja.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Hasanul Rizqa
(Ilustrasi) mubaligh kenamaan Ustaz Abdul Somad (UAS) saat bertamu ke kediaman pemimpin Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya
Foto: ist
(Ilustrasi) mubaligh kenamaan Ustaz Abdul Somad (UAS) saat bertamu ke kediaman pemimpin Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi rekan-rekan sesama pendakwah Islam, sosok Ustaz Abdul Somad (UAS) menimbulkan berbagai kesan positif. Rata-rata, mereka mengapresiasi metode dakwah UAS yang kerap memanfaatkan jejaring media sosial, di samping tetap menyemarakkan ceramah yang berinteraksi langsung dengan jamaah, baik di dalam maupun luar negeri.

Di antara respons positif demikian datang dari dai ambassador Dompet Dhuafa, Ustaz Alnof Dinar. Menurut dia, UAS merupakan seorang mubaligh yang berakidah ahlussunnah wal jamaah serta mengikuti keyakinan Imam Abu Hasan Al-Asy'ari.

Baca Juga

Dalam ranah amaliyah, lanjut dia, UAS mengikut kepada mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali), khususnya mazhab Imam Syafi'i yang diketahui sebagai amalan hariannya--seperti umumnya kaum Muslimin di Nusantara.

Secara rohaniyah, UAS menurut Ustaz Alnof, juga bertasawuf dengan mengikut tarekat yang mu'tabarah. Dikatakannya, UAS bahkan mendapat gelar Khalifah Irsyad dari jamaah Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah Pelalawan Riau.

Ustaz Alnof mengaku pernah mengonfirmasi langsung ke UAS sehingga mengetahui bahwa dai peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu adalah seorang Asyairah, yakni penganut keyakinan Imam Abu Hasan Al-Asy'ari, Syafi'iyah (pengikut amaliyah Imam Syafi’i), dan ber-thariqah.

"Corak pemahaman Islam pada tiga ranah esensi Islam inilah yang membuat UAS mampu menghadirkan Islam wasathy (moderat), mencerahkan, menjaga pemahaman dan pengamalan Islam yang sudah diwariskan umat Islam di Indonesia secara turun-temurun, serta ikut menjadi perekat umat," tutur Ustaz Alnof Dinar kepada Republika.co.id, Kamis (22/8).

photo
Ustaz Alnof Dinar.

Dia meneruskan, UAS memang merupakan seorang dai yang moderat. Hal ini dapat dibuktikan dari ceramah-ceramah alumnus S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) itu sejak awal kemunculannya hingga hari ini. Demikian pula dari buku-buku karyanya serta perjalanan akademisnya.

Secara akademis, lembaga-lembaga pendidikan tempat UAS menempuh studi mendukungnya untuk berpegang pada tiga ranah pemahaman Islam tersebut.

 

Menghargai Kemajemukan

Ustaz Alnof menilai, di berbagai kesempatan UAS selalu menegaskan pandangan bahwa semua Muslim bersaudara. UAS pun, lanjut dia, bersedia duduk bersama dengan tokoh-tokoh dan para dai lintas gerakan dakwah. Tidak ada sekat di antara mereka. Ustaz Alnof memandang, UAS memakai prinsip bahwa bersama-sama lebih baik daripada berpisah-pisah, apalagi saling serang.

Akan tetapi, lanjut Ustaz Alnof, tentunya tidak boleh ada generalisasi. Misalnya, ada foto UAS dengan tokoh-tokoh antargerakan atau kelompok lain yang tidak "sepemikiran" dengan dakwah Islam moderat--sebut saja Wahabi, HTI, dan lain-lain. Maka itu tak berarti UAS melebur dan meyakini keyakinan kelompok-kelompok itu.

"Begitu juga ketika ia (UAS) hadir di tengah jamaah HTI. Bukan berarti ia tokoh HTI atau simpatisannya. Beliau hadir selaku seorang dai yang menganggap saudaranya yang lain adalah Muslim dan beliau mendukung perjuangan pergerakan yang dianggapnya positif untuk peradaban Islam," ujar Ustaz Alnof.

photo
Ustaz Abdul Somad (UAS) di Zona Madina Dompet Dhuafa, Parung, Bogor.

Di sinilah perlunya memandang semua gerakan dakwah dapat berkontribusi untuk menguatkan peradaban Islam. Dengan pengetahuan dan pengalamannya yang luas, UAS dapat berceramah dengan bahasa yang fasih. Hanya saja, yang patut digarisbawahi ialah UAS tetap memegang teguh aswaja.

Tidak hanya itu, UAS pun menjaga  jalinan persaudaraan karena sebangsa (ukhuwah wathaniyah), khususnya kepada umat beragama non-Islam. Ustaz Alnof mengutip salah satu penuturan UAS kepadanya.

Baca juga: Sambut Ustaz Abdul Somad, Habib Luthfi Beri ‘Gelar’ Baru

Dikatakan, ada dua model persaudaraan yang mesti diperhatikan, yakni ikatan persaudaraan karena seagama (ukhuwah diniyah) dan ikatan persaudaraan karena sebangsa dan setanah air, meski tidak seagama (ukhuwwah wathaniyah).

"UAS menjelaskan bahwa umat beragama Kristen Katholik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Cu dan agama yang lain adalah saudara sebangsa yang mesti diperlakukan secara baik dengan penerapan Pancasila dalam bingkai NKRI," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement