Rabu 21 Aug 2019 04:04 WIB

Menjaga Spiritualitas Haji

Jamaah haji secara berangsur kembali ke Tanah Air.

Haji
Foto: AP/Hassan Ammar
Haji

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno

Jamaah haji secara berangsur kembali ke Tanah Air. Sekembalinya dari Tanah Suci, jamaah selalu rindu ingin kembali ke Tanah Suci. Mengapa kerinduan itu selalu hadir?

Selain adanya tarikan keutamaan ibadah di Tanah Suci, seperti lipatan pahala sampai 1.000 kali lipat jika beribadah di Masjid Nabawi dan 100 ribu kali lipat jika beribadah di Masjidil Haram (HR Ahmad), ada hal lain yang menjadi alasan: merasa amalan yang dikerjakan selama di Tanah Suci kurang maksimal; khawatir amal yang sedikit itu tidak diterima; dan tidak dapat melaksanakan rukun, wajib, dan sunah haji secara sempurna.

Ada amalan sepulang dari ibadah haji yang hendaknya dijaga oleh jamaah agar kenikmatan spiritualitas haji itu tetap terpelihara dengan baik.

Pertama, banyak berdoa. Perasaan takut (khauf) saja tidak cukup, harus diimbangi dengan perasaan penuh harap (raja) kepada- Nya. Perasaan khauf tanpa raja dapat menyebabkan putus asa. Sebaliknya, raja saja tanpa khauf bisa menyebabkan perasaan sombong.

Berharap diterimanya amal disertai perasaan takut amalnya ditolak dapat mewariskan sikap tawadhu (rendah hati). Saat harapannya terwujud, ia akan memohon kepada-Nya agar menerima amalnya. Sikap seperti ini yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'." (QS al- Baqarah [2]: 127).

Kedua, memperbanyak istighfar. Meskipun seseorang telah berupaya secara maksimal untuk menyempurnakan amal ibadahnya, tetap akan menyisakan kekurangan. Maka itu, Allah SWT mengajarkan bagaimana menghilangkan rasa kekurangan tersebut, yaitu dengan memperbanyak istighfar setelah melaksanakan ibadah.

"Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS al-Baqarah [2]: 199).

Ketiga, memperbanyak amal saleh. Amal saleh itu ibarat pohon yang baik, yang membutuhkan siraman dan perawatan secara rutin, lalu memberikan buahnya. Maka itu, di antara tanda kemabruran ibadah haji adalah dengan bertambah baiknya amal dan akhlak seseorang sekembalinya dari Tanah Suci.

Nabi SAW bersabda, "Haji mabrur (yang diterima) itu tidak memiliki balasan kecuali surga." Ketika ditanyakan kepada beliau, apa tanda mabrurnya? Nabi SAW bersabda, "Yaitu memberi makan (kepada orang) dan bagus ucapan." (HR Thabrani).

Keempat, memperbanyak zikir. Alquran menegaskan, "Apabila kamu telah menyele saikan ibadah hajimu, berzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menye but-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu." (QS al-Baqarah [2]: 200).

Semoga kaum Muslimin yang melaksana kan ibadah haji dapat meraih predikat haji mabrur dan dapat melestarikan kemabruran haji sehingga mampu mewarnai kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement