Senin 19 Aug 2019 14:14 WIB

Ad-Dinawari, Sosok Ilmuwan Serbabisa

sejak kecil ia sudah menunjukkan minatnya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejatinya, ad-Dinawari bernama lengkap Abu Hanifah Ahmad ibnu Dawud Dinawari. Insinyur asal Persia itu dikenal sebagai ilmuwan serbabisa. Selain sebagai perintis botani, ad-Dinawari juga dikenal menguasai beragam ilmu, seperti astronomi, pertanian, metalurgi, geografi, matematika, dan sejarah.

Ad-Dinawari terlahir pada ta hun 828 M di Kota Dinawarperbatasan antara wilayah Hamadan dan Ker manshahkini berada di Iran Barat. Ayahnya bernama Abu Hanifa Ahmad bin Dawud bin Wanand. Sang ilmuwan Muslim ini sejak kecil sudah menunjukkan minatnya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Ia mempelajari beragam ilmu, seperti astronomi, matematika, dan mekanik di Ishafan, Iran.

Selain itu, ilmu bahasa dan sas tra juga telah membetot perhatian ad-Dinawari. Untuk mempelajari bahasa dan sastra, ad-Dinawari harus hijrah ke dua kota penting di Irak pada zaman kejayaan Dinasti Abbasiyah, yakni Kufah dan Bas rah. Sang ilmuwan Muslim fenomenal itu meninggal dunia pada 24 Juli 896 M di kota kelahirannya, Dinawar. Nama ad-Dinawari pun diambil dari kota tempat kelahiran dan kematiannya.

Prof MR Izady dalam karyanya bertajuk The 1.100 Anniversary of Abu-Hanifa Dinawari menuturkan, saat itu, Kota Dinawar telah menjelma sebagai kota besar di Kurdis tan Selatan. Dinawar terletak di kawasan yang strategis karena berada di antara wilayah Timur dan Barat yang dikenal sebagai jalur utama perdagangan internasional, Jalur Sutera.

‘’Hingga kini, kota itu dikenal sebagai penghasil ilmu wan dan pemikir, seperti ad-Dina wari,’‘ cetus Prof Izady.

Menurut catatan sejarah, ad-Di nawari adalah keturunan bangsa Kurdi. Ia merupakan keturunan Wanand. Ad-Dinawari me rupakan generasi kedua yang memeluk agama Islam. Dari kota itu, terlahir juga seorang ula ma dan ahli agama bernama Muham mad ibnu Abdullah ibnu Mihran Dinawari dan ahli tata bahasa yang bernama Abu-Ali Ahmad ibnu Jafar ibnu Badh Dinawari.

‘’Mereka juga adalah generasi kedua yang memeluk Islam,’‘ papar Prof Izady.

Menurut dia, hingga kini, penduduk Kota Dinawar tak pernah melupakan jasa dan kontribusi yang diberikan Abu Hanifa ad- Dinawari dalam mengembang kan ilmu pengetahuan. Setiap ta hun, masyarakat di kota itu memperi ngati hari Abu Hanifa Di nawari.

Sungguh luar biasa, penduduk asli kota itu sangat menghormati Abu Hanifah Dinawari berkat kontribusinya bagi sejarah dan kebudayaan,’‘ tegas Prof Izady. 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement