REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali manusia silau dengan apa-apa yang melekat dalam kehidupan seseorang, umumnya karena dua hal, yakni kekuasaan dan harta.
Lalu, Qarun lengkap dengan segala perhiasannya keluar rumah menemui kaumnya. Kala itu orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia terkagum-kagum dan berkata: 'mudah-mudahan kita diberi kekayaan seperti yang diberikan kepada Qarun, sejatinya ia adalah orang yang benar-benar mendapat keberuntungan besar'. (QS al-Qashas [28]:79).
Ayat di atas memberikan penjelasan penting bahwa manusia kerap salah mengorientasikan hi dup, rata-rata menilai harta kekayaan sebagai sum ber kebahagiaan. Karena itu, orang yang memiliki kekayaan banyak dinilai sebagai orang yang beruntung.
Adanya orang kaya itu perlu, tetapi menilai kekayaan sebagai keberuntungan itu jelas keliru. Pada dasarnya, keberuntungan hidup seorang Muslim bukan pada apa yang ada atau apa yang Allah titipkan kepadanya, melainkan apa yang ia kerjakan dalam kehidupan fana ini.
Jika harta kekayaan menjadikan seseorang bersikap seperti Khadijah ra, Abu Bakar ra, Utsman bin Affan ra, dan Abdurrahman bin Auf ra, insya Allah kekayaan sangatlah baik bahkan berkah. Tetapi, jika seperti Qarun, hidup semakin jauh dari keberkahan, bahkan Allah tenggelamkan ia bersama seluruh harta kekayaannya. (QS. 28: 81).
Lantas apa yang harus diupayakan oleh kaum Muslimin dalam kehidupannya, tidak lain adalah bagaimana mendapatkan hidup berkah. Secara bahasa, berkah berasal dari kata barakayabruku- burukan-wa barakatan, yang berarti kenikmatan dan kebahagiaan. Ibn Abbas ra menyatakan, berkah adalah keberlimpahan dalam setiap kebaikan. Tentu saja yang didasari iman dan takwa.
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada me reka berkah dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa me re ka disebabkan perbuatannya.(QS al-A'raaf [7] : 96).
Dengan demikian, hidup berkah berarti hidup yang senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah, sehingga seseorang senantiasa diberi ke mam puan mengatasi masalah, hidup teratur dalam ibadah, mampu membangun keluarga sakinah, memberikan kemanfaatan bagi orang lain dan mendapatkan rezeki yang halal lagi baik (thayyiban).
Semua itu tidak akan diperoleh, kecuali oleh orang yang benar-benar beriman, bertakwa, dan beramal shaleh, serta tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan-Nya.
Artinya, hidup berkah membuahkan jiwa tauhid yang kuat, akidah yang kokoh, senantiasa ikhlas dan ridha dengan apa yang Allah tetapkan dalam hidupnya, serta ia benar-benar yakin dan mantap menja lani kehidupan yang semata-mata berorientasi mendapatkan ridha-Nya.
Indikasi konkretnya dapat kita lihat dalam diri masing-masing, apakah kala diri semakin pintar, semakin cerdas, semakin bertambah kekayaan, kita menjadi diri yang kian rajin sujud, semakin bisa menghargai orang lain, bahkan lebih jauh apakah kita semakin peduli terhadap agama dan semakin terdepan dalam mengatasi berbagai problematika kehidupan umat manusia. Allahu a'lam.