Selasa 13 Aug 2019 04:05 WIB

Takwa Sebagai Paradigma Hidup

Indah dan sangat luar biasa, itulah ajaran Islam.

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi

Indah dan sangat luar biasa, itulah ajaran Islam. Materi dan nuansanya tak sebatas dimensi abstrak, tetapi sekaligus konkret, bahkan operasional, termasuk kala membahas pesan utama dan penting dalam Islam, yakni takwa.

Dalam satu kesempatan, dua sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Umar bin Khattab RA dan Ubay bin Ka'ab RA, berbincang-bincang perihal takwa. Umar bertanya kepada Ubay, "Wahai Ubay, apa makna takwa?" Ubay yang ditanya justru balik bertanya. "Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?"

Umar menjawab, "Tentu saja pernah." "Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?" lanjut Ubay bertanya. "Tentu saja aku akan berjalan berhati-hati," jawab Umar. Ubay lantas berkata, "Itulah hakikat takwa."

Dalam kata yang lain, takwa sebenarnya adalah konsep yang mudah diimplementasikan di dalam kehidup an sehari-hari. Bahkan, lebih jauh, takwa sejatinya adalah paradigma hidup sehingga manusia dapat secara konsisten di dalam keimanan dan amal saleh.

Sebagai paradigma hidup, takwa membimbing setiap Muslim benarbenar superior dengan nilai dan ajar an Islam. Ia tidak akan pernah mau berkompromi dan terus me melihara diri dari kontaminasi nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Dalam kondisi seperti itu maka seorang Muslim akan memiliki tekad dan kesungguhan di dalam meng imple mentasikan nilai-nilai Islam di dalam keseharian, mulai dari lingkup ibadah, muamalah, hingga kehidupan yang lebih luas, yakni menghadirkan kemaslahatan di tengah-tengah umat.

Hal itulah yang hadir dan hidup dalam sosok sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin Auf. Kekayaan dunia yang ada dalam genggamannya tak membuatnya limbung, apalagi ambruk nilai-nilai ketakwaan di da lam dirinya. Justru sebaliknya, harta itu kian menjadi medan penantang agar dirinya tak ketinggalan dari sa habat-sahabat Nabi lainnya di dalam mendapatkan ridha Allah Ta'ala.

Sejarah mencatat bagaimana Ab durrahman bin Auf sibuk berse dekah setiap hari. Bahkan, dalam kondisi tertentu, ia menyedekahkan hartanya dalam jumlah yang begitu besar demi kebaikan kehidupan umat Islam.

Demikianlah keadaan seorang Muslim kala takwa menjadi paradig ma hidup, sehingga bukan semata ibadahnya yang bagus atau kepedu liannya yang baik, tetapi cara me man dang apa yang manusia banyak me nyukai pun, yakni harta, tidak lain adalah sebagai ujian nyata dari Allah yang harus mengantarkan dirinya men jadi pribadi takwa. Semakin ba nyak harta diamanahkan oleh Allah, semakin berhati-hati ia menjalani kehidupan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement