Sabtu 10 Aug 2019 10:00 WIB

Pengusaha Masih Ragu Garap Bisnis Halal

Potensi industri halal di Indonesia sangat besar.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung bebelanja aneka produk halal di Bazzar dan Halal Market Muhasabah Akhir Tahun Republika 2018, di Selasar Masjid Pusdai, Kota Bandung, Senin (31/12).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pengunjung bebelanja aneka produk halal di Bazzar dan Halal Market Muhasabah Akhir Tahun Republika 2018, di Selasar Masjid Pusdai, Kota Bandung, Senin (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Potensi industri halal di Indonesia sangat besar. Tapi, saat ini, belum semua peng usaha menggarap sektor tersebut secara serius. Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar menilai, hal itu karena masih banyak pengusaha, khususnya di Jakarta yang masih ragu jalankan bisnis halal.

"Alasannya, mereka takut tidak laku, padahal pasar bisnis halal tidak hanya Muslim, tapi juga non- Muslim," tegasnya saat berkunjung ke kantor harian Republika di Jakarta, pekan lalu. Jumlah hotel bersertifikat halal di Jakarta saja, kata dia, belum banyak. Bahkan, sampai sekarang, belum ada hotel halal yang berbintang lima.

"Hotel halal yang kita kenal sejak dulu hanya Hotel Sofyan. Padahal, di Malaysia, Singapura, dan Thailand sudah ada," lanjut Sapta.

Ia berharap, industri halal, terutama pariwisata halal bisa makin maju. "Maka, restoran dan hotel bersertifikat halal harus semakin banyak, karena tidak bisa kalau hanya salah satunya, harus keduanya," jelas dia.

Sapta menambahkan, kini industri halal di Tanah Air didorong melakukan ekspor. Ia percaya, Indonesia bisa melakukannya. "Kita punya misi dorong ekspor. Agar itu terwujud, perlu ada sinergi karena di Indo nesia yang susah itu sinergi," ujar dia.

Dia menyebutkan, ada enam sektor halal Indonesia yang bisa diandalkan dan berpotensi ekspor. Di antaranya, makanan, baik dari hulu maupun hilir. Selanjutnya fashion, termasuk alat shalat. "Ini sangat besar, di Indonesia segala macam model hijab ada, mukena paling mahal juga adanya di In donesia yang harganya mencapai Rp 9 juta," kata Sapta.

Berikutnya, yakni sektor wisata halal. Lalu, ko mestik dan farmasi. "Kita bisa ekspor, tapi kalau ke negara maju akan susah saingannya. Jadi, kita bisa sasar negara OIC (organization of Islamic Conference)," tutur dia.Sebagai langkah awal, kata Sapta, Indonesia bisa mengekspor produk halal berupa bahan mentah. Misalnya kopi, teh, minyak, dan ikan.

Ketua Indonesia Saudi Arabia Business Council M Hasan Gaido menilai, bukan tidak mungkin nantinya Indonesia bisa menjadi pemimpin pasar halal di dunia. "Misalnya, ada sebagian orang Baduy yang tetap nyaman tinggal di hutan, namun yang ke luar dari Baduy justru berkarier menjadi polisi," tuturnya pada kesempatan serupa.

Jadi, baginya, semua pihak perlu bekerja sama untuk mewujudkannya. "Ini kewajiban kita untuk me nyampaikan. Berjamaah dalam kebaikan," tam bah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement