REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa hari lagi, umat Islam akan merayakan Idul Adha 1440 Hijriah. Sebagian orang mungkin sudah bersiap-siap dengan pelbagai menu atau resep masakan yang berbahan dasar daging.
Penulis buku Jurus Sehat Rasulullah, dr Zaidul Akbar mengingatkan umat Islam agar tak perlu berlebihan dalam mengonsumsi daging. Hal itu bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh serta diri terhindar dari berbagai penyakit.
Salah satu tips mengonsumsi daging menurut dia adalah, berhenti makan sebelum kenyang.
“Dari sisi daging, jangan berlebihan. (Makna) berlebihan itu relatif. Kalau saya cara membatasinya, tidak sampai kenyang,” kata dr Zaidul Akbar saat ditemui di Jakarta Timur, Kamis (1/8).
Dia meyakini setiap orang memiliki batasan tersendiri ihwal kapan waktunya berhenti makan. Karena itu, lanjut Zaidul Akbar, tidak ada aturan baku tentang seberapa banyak seseorang boleh mengonsumsi daging, termasuk saat Idul Adha.
Secara umum, Alquran memberikan pedoman tentang konsumsi makanan dan minuman. Rasulullah SAW pun sudah menunjukkan contoh teladan. Salah satunya, jangan makan berlebihan.
Pola konsumsi pun diajarkan secara detail. Misalnya, pedoman terkait asupan untuk mengisi perut. Sepertiga bagian diisi dengan makanan. Sepertiga lainnya untuk minuman. Sepertiga sisanya untuk buah-buahan.
Dalam sebuah ayat, Zaidul Akbar menyebut, termuat hikmah bahwa seseorang hendaknya mengonsumsi buah-buahan terlebih dahulu sebelum sajian lainnya, yang halal dan baik.
Kendalikan Syahwat Makan
Pada saat Idul Adha, kemungkinan besar sajian yang terhidang di meja makan akan lebih banyak. Karena itu, Zaidul Akbar mengajak agar seorang Muslim dapat mengendalikan dirinya untuk tidak makan dan minum berlebihan.
Dia mengakui, tak ada hadis Nabi SAW yang menegaskan tentang bagaimana tolok ukur "berlebihan" itu. Malahan, ungkapan “Berhenti makan sebelum kenyang” itu adalah anjuran para ilmuwan ahli gizi, bukan hadis Rasulullah SAW.
Pada akhirnya, pengendalian diri dapat dikaitkan dengan solidaritas. Dia pun mengajak umat Islam di Tanah Air untuk lebih memikirkan penderitaan saudara seiman di pelbagai negeri yang sedang dilanda konflik. Sebut saja, bangsa Palestina, Rohingya, Suriah, dan lain-lain. Saat Idul Adha, kondisi mereka tak lepas dari penderitaan.
Ketika memikirkan hal itu, harapannya seorang Muslim akan lebih mampu mengendalikan syahwat makan. Menghadapi banyak sajian, Muslim demikian hanya terdorong untuk mencicipi hidangan atau mengonsumsi secukupnya, alih-alih sesukanya.
“Yang jadi masalah lain justru soal berlebihannya dalam hal jumlah dan bumbunya. Jangan terlalu banyak garam. Makanan Arab, misalnya, mereka (orang Arab) tak teralu banyak penyedap, garam. Hanya jumlah tertentu yang bisa didapatkan dari bumbu,” kata dr Zaidul Akbar mengingatkan.