Senin 29 Jul 2019 15:40 WIB

Plastik Oxium Terurai Setelah 5 Tahun

Plastik ini bukan berbahan dasar singkong, tapi berteknologi oxium.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Kantong plastik berteknologi oxium atau oxo-biodegradable yang dapat terurai setelah 3 hingga 5 tahun.
Foto: dok. Istimewa
Kantong plastik berteknologi oxium atau oxo-biodegradable yang dapat terurai setelah 3 hingga 5 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang hari raya Idul Adha, mulai marak saran penggunaan kantong plastik yang lebih ramah lingkungan. Salah satu jenis kantong plastik yang disarankan diketahui memiliki teknologi oxium atau oxo-biodegradable sehingga dapat terurai setelah tiga hingga lima tahun.  

Hal itu disampaikan reseller independen dari Greenhope kantong plastik berteknologi oxium, Duddy Setiabudhi. Dia menjelaskan, teknologi oxium mampu mengurai plastik secara sempurna. Hal itu ditandai dengan berkurangnya bobot molekul plastik sehingga berubah menjadi H2O, CO2 dan biomassa jika terkena panas, ultraviolet (UV), dan berbagai tekanan alam lainnya.

Baca Juga

"Teknologi (oxium) itu juga sudah diuji menggunakan standar ASTM D 6954, D 5208 dan D 3826, tersertifikasi SNI Ekolabel Ramah Lingkungan 7188:7, Ekolabel Singapura, Ekolabel Malaysia, juga paten Indonesia, Amerika dan Singapura, untuk itu kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi," kata Duddy kepada Republika.co.id, Senin (29/7).

Mengapa kantong plastik itu dikatakan ramah lingkungan, dia menerangkan, karena memakai teknologi oxo-biodegredable. Teknologi tersebut mempercepat penguraian plastik dalam dua tahap. Pertama, proses oxidasi yang membuat plastik akan teroksidasi oleh panas sinar matahari, gesekan dan UV. Sehingga menyebabkan pemutusan mata rantai molekul plastik yang tadinya 7 juta hanya menjadi 100 ribu. Hal itu membuat berat jenis dan bobot plastik turun drastis.

"Kedua proses biodegradasi, setelah proses oxidasi maka plastik akan mudah dimakan dan dicerna oleh mikroba tanah, setelah dimakan dan dicerna menjadi CO2, H2O dan biomasa, test tersebut sudah dilakukan di BPPT," ujarnya.

Duddy juga menegaskan, bahwa dirinya tidak memproduksi kantong plastik berteknologi oxium tersebut tapi hanya menjualnyanya ke lingkungan sekitar di Bekasi. Akan tetapi informasi tentang kantong plastik yang dijualnya menyebar ke mana-mana.

Dia mengatakan, plastik yang dijualnya bukan berbahan dasar singkong tapi berteknologi oxium. Orang-orang jangan sampai salah sangka, plastik berteknologi oxium bukan berbahan dasar singkong sehingga tidak bisa terurai dalam air.

"Tapi plastik ini ada kelebihannya, dibandingkan dengan plastik yang lama itu (yang) puluhan tahun masih ada (karena sulit terurai), kalau ini Insya Allah dalam waktu tiga sampai lima tahun pasti hancur," jelasnya.

Tujuan Duddy menjual plastik tersebut hanya agar masyarakat menggunakan plastik yang lebih ramah lingkungan. Dua tahun lalu dia bagikan plastik ramah lingkungan secara gratis karena bagus untuk lingkungan. Tapi sekarang dia menjualnya karena tidak punya dana lebih untuk membagikan secara gratis seperti dulu.

Dia menyampaikan, awalnya hanya dijual untuk masjid-masjid di sekitar bekasi. Tapi sekarang sudah banyak pembelinya dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Sebanyak 4.000 pak plastik oxium sudah terjual. Setiap pak berisi 100 lembar plastik.

"Harganya Rp 20 ribu dari saya, ukuran (kantong plastiknya) untuk 3 kg daging, sekitar 400 ribu lembar lebih (kantong plastik) saya kira (sudah terjual), yang beli ada masjid, reseller dan toko-toko," jelasnya.

Duddy juga menyampaikan bahwa kantong plastik berteknologi oxium itu diproduksi sebuah pabrik di Tangerang. Tapi masyarakat yang ingin membeli kantong plastik yang dapat terurai selama tiga hingga lima tahun bisa melalui dirinya sebagai reseller dari greenhope. Dia juga meminta maaf karena ada berita viral tentang kantong plastik oxium dengan tanpa sengaja salah sebut sebagai kantong plastik berbahan singkong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement