Kamis 25 Jul 2019 10:10 WIB

Menelusuri Jejak Madrasah Adiliyah

Madrasah ini diubah menjadi museum nasional pada 1919.

Salah satu sudut kota tua Damaskus, Suriah.
Foto: http://globalheritagenetwork.ning.com
Salah satu sudut kota tua Damaskus, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Madrasah yang namanya diambil dari raja Ayyubiyah yang membangunnya itu menjadi bangunan bersejarah di Kota Damaskus, Suriah. Bangunan itu berbentuk persegi empat mengelilingi pekarangan yang berada di dalam lingkaran bangunan tersebut. Sisi bagian selatan pekarangan dipakai sebagai tempat untuk shalat, sedangkan sisi utara yang terbuka merupakan iwanyang besar.

Di bagian barat sudah diperbarui, tetapi tempat ini merupakan sederetan ruangan yang digunakan untuk tidur oleh para mahasiswa yang belajar di madrasah. Di bagian barat juga tersedia tangga menuju lantai atas yang juga terdiri atas deretan kamar dan sebuah aula kecil. Di bagian timur terdapat pintu masuk utama madrasah melalui sebuah aula raksasa yang ditutup oleh kubah besar.

Baca Juga

Bagian depan gedung yang monolitik dibangun dengan blok batu gamping setinggi 60 sentimeter. Blok ini dibuat polos tanpa ornamen sehingga membentuk dinding monumental tanpa jendela dan hiasan atas tembok yang tebal. Portalnya dihiasi ornamen gaya Aleppo, dengan ukiran dan seri lengkungan yang kompleks di atas pintu masuk.

Bentuknya menjorok ke dalam dinding raksasa madrasah. Di bagian atasnya terdapat lekukan persegi dan tinggi pintu masuknya hanya setengah dari seluruh portal. Bila dibandingkan dengan pintu masuk berarsitektur Ayyubiyah lain, pintu gerbang utama madrasah ini terbilang unik.

 

Bagian interior bangunan ini dihiasi dengan ukiran dan hanya deretan jendela yang disusun dengan hatihati serta pintu masuk yang melengkung. Iwansendiri ditutupi oleh dua kubah batu dan berujung di sebuah batu kunci yang menggantung sepanjang 2,2 meter. Batu ini membagi iwanmenjadi dua lengkungan yang setiap lengkungan tersebut terdapat tiga batu hiasan ukiran.

Pekarangan dalamnya yang membentuk segi empat dengan luas sekitar 18 kali 17 meter ditutupi oleh batu yang menciptakan pola-pola geometris. Sebuah air mancur segi empat (8,5 x 8,5 m) berdiri di tengahtengah pekarangan. Sudutnya yang semilingkaran mengindikasikan karakter Dinasti Ayyubiyah. Karena dibuat tanpa banyak ornamen, tempat ini tercipta menjadi lingkungan yang tenang dengan animasi cahaya dan bayangan.

Ruang makam ditutupi oleh kubah yang berbasis oktagonal. Ruangan tersebut mempunyai dua jendela di bagian timur dan baratnya. Di sana juga terdapat sebuah mihrab yang mirip seperti di ruang tempat shalat.

Sampai saat ini, bangunan utama madrasah tersebut masih kokoh berdiri. Karena banyaknya perhatian yang berkelanjutan terhadapnya, bangunan tersebut masih terawat. Madrasah ini diubah menjadi museum nasional pada 1919. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement