REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinasti Umayyah memainkan peran penting dalam membangun peradaban dan ilmu pengetahuan di wilayah itu pada abad ke-10. Mereka menempatkan pusat kekuasaan di Cordoba. Sejumlah kalangan menyebutkan, suburnya kajian ilmu pengetahuan di Andalusia mampu menyaingi kemasyhuran di Baghdad.
Dokter cerdas bermunculan di Andalusia. Salah satunya, Abu al-Qasim Khalaf bin al-Abbas yang karib dipanggil al-Zahrawi. Di Barat, ia dipanggil Abulcasis. Namanya harum karena kemampuannya dalam bidang bedah.
Ia menuliskan ilmunya dalam Kitab al-Tasrif li-man ‘Ajizja ‘an al-Ta’lif. Buku ini terdiri atas 30 volume yang membahas ilmu kedokteran, bedah, farmasi, dan topik-topik kesehatan lainnya. Ia menyusun karya masyhur itu sepanjang 50 tahun kariernya dalam bidang kedokteran. Volume terakhir bukunya berisi 300 halaman membahas tentang bedah.
Itu menjadi buku pertama yang mengupas tuntas pembedahan dan dilengkapi ilustrasi bagaimana pembedahan dilakukan juga alat-alat bedah. Hingga abad ke-16, buku ini menjadi acuan di Eropa. Di Sevilla, lahir dokter lain yang tak kalah gemilangnya. Dia adalah Abu Marwan Abd al-Malik ibnu Zuhr. Di Barat, dia bernama Avenzoar.
Sosok dokter inilah yang diceritakan dalam kisah di atas. Ia lahir di Sevill, Sevilla pada 1091 Masehi dari Banu Zuhr. Keluarga ini memang dikenal dengan kecerdasannya. Ia menjadi saintis Muslim pertama pada masanya yang meneguhkan diri untuk berkecimpung dalam ilmu kedokteran.
Sejumlah penemuan dalam ilmu yang ditekuninya, ia tuangkan dalam karyanya yang berjudul Kitab al-Taysir fi ‘l-Mudawat wa ‘l-Tadbir atau Practical Manual of Treatments and Diets. Di samping itu, ia menyusun sebuah manuskrip mengenai psikologi, yaitu Book of the Middle Course Concerning the Reformation of Souls and Bodies.