Kamis 25 Jul 2019 04:04 WIB

Memuliakan Bulan Haram

Empat bulan haram disebutkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis.

Ramadhan
Foto: IST
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Rifaii

Sejak bumi diciptakan, Allah telah menetapkan satuan waktu. Dalam satu tahun, ada 12 bulan. Empat bulan di antaranya yang dikenal dengan bulan haram. Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya, empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus." (QS at-Taubah: 36).

Empat bulan haram disebutkan oleh Rasulullah dalam hadis yang artinya, "Setahun itu ada 12 bulan dan di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang ia itu berada antara Jumada dan Sya'ban." (Muttafaq 'alaih).

Dinamakan bulan haram karena besarnya kemuliaan bulan-bulan tersebut dan beratnya bobot nilai kebaikan dan keburukan yang terlaksana di dalamnya. Abdullah bin'Abbas berkata, "Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan haram dan Allah mengagungkan kemuliaannya. Dan Allah menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya lebih besar. (Sebagaimana) Allah pun menjadikan amalan saleh dan ganjaran yang didapatkan di dalamnya lebih besar pula." (lihat Lathaiful Ma'arif, Ibnu Rojab al-Hambali, hlm 207).

Secara historis, bulan haram ini cukup dikenal sebelum datangnya Islam. Bahkan, keberadaannya membawa dampak yang sangat positif. Kabilah Arab yang biasa berperang sebelum datangnya Islam akan menahan diri dari berperang ketika memasuki bulan haram. Meski pada akhirnya mereka mengakali dengan memindahkan bulan haram ke bulan lain jika mereka terlibat peperangan di bulan haram.

Saat ini, kita berada dalam bulan haram. Sebagai orang beriman, tentu lebih berhak untuk meraih pengaruh positif dengan keberadaan bulan haram. Hal itu bisa dicapai dengan selalu menyadari bahwa kita berada di bulan haram dan terikat dengan keadaan dan aturan yang lebih khusus. Kesadaran seperti ini bisa menjadi bekal terjadinya perubahan dalam diri. Sebagaimana perubahan saat kita memasuki bulan suci Ramadhan.

Secara khusus, Allah sangat menekankan di bulan haram untuk menjauhi segala tindak kezaliman. Allah berfirman yang artinya, "Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (at-Taubah: 36).

Menganiaya diri atau zalim mencakup semua jenis kemaksiatan. Imam al-Qurthubi berkata, "Jangan menzalimi diri kalian dengan melakukan maksiat." (Tafsir al-Qurthubi, 8/134 maktabah syamilah).

Tidak berarti kezaliman di bulan lain dibolehkan. Kezaliman diharamkan dalam seluruh rangkaian waktu manusia. Tapi, jika hal itu terjadi di bulan-bulan haram maka bobot kezaliman tersebut akan lebih berat dibandingkan bulan yang lainnya.

Jadi, jika dicermati, datangnya bulan haram adalah karunia sebagaimana bulan Ramadhan. Kehadiran bulan haram bisa menjadi pengendali dari tindak kezaliman sekaligus juga menjadi motivasi untuk meningkatkan produktivitas dalam kebaikan. Semoga, kita bisa memanfaatkannya, sehingga makin istiqamah dalam kebaikan. Amin ya robbal alamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement